Subscribe:

Ads 468x60px

Minggu, 29 April 2012

Makalah Proses Keperawatan


BAB    I
PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang
Dalam melaksanakan ataupun menjalankan tugasnya sebagai seorang perawat memerlukan suatu proses yang disebut proses keperawatan. Dimana dalam proses keperawatan, seseorang perawat akan diberikan suatu cara yang sistematis yang kemudian akan diterapkan oleh perawat bersama klien dalam menentukan kebutuhan Asuhan Keperawatan.
Oleh karena itu proses keperawatan sangat penting agar seorang perawat dapat menjalankan tugasnya dengan baik tanpa terkendala suatu apapun.

B.       Rumusan Masalah
Rumusan masalah mencakup :
1.      Definisi proses keperawatan
2.      Perkembangan proses keperawatan

C.       Manfaat Penulisan
1.               Untuk menghasilkan asuhan keperawatan yang berkualitas sehingga berbagai masalah kebutuhan klien dapat teratasi.
2.               Untuk mencapai kebutuhan secara umum, dalam proses keperawatan.
3.               Dapat mengidentifikasi berbagai kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan.
4.               Dapat menentukan diagnosis keperawatan yang ada pada manusia setelah dilakukan identifikasi.
5.               Dapat menentukan rencana tindakan yang akan dilakukan setelah diagnosis dikerjakan.
6.               Dapat melaksanakan tindakan keperawatan setelah direncanakan
7.               Dapat mengetahui perkembangan pasien dari berbagai tindakan yang telah dilakukan untuk menentukan tingkat kebersihan.


BAB    II
PEMBAHASAN

A.       Pengertian Proses Keperawatan
Proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis dan terorganisasi dalam pemberian asuhan keperawatan, yang difokuskan pada reaksi dan respon untuk individu pada suatu kelompok atau perorangan terhadap gangguan kesehatan yang dialami. Baik aktual maupun potensial proses keperawatan juga dapat diartikan sebagai pendekatan yang digunakan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan sehingga kebutuhan dasar klien dapat terpenuhi.
Proses keperawatan adalah :
1.            Suatu pendekatan sistematis untuk mengenal masalah-masalah pasien dan mencarikan alternatif pemecahan masalah dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan pasien.
2.            Merupakan proses pemecahan masalah yang dinamis dalam memperbaiki dan meningkatkan kesehatan pasien sampai ke tahap maksimum.
3.            Merupakan pendekatan ilmiah
4.             Terdiri dari 4 tahap : pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Atau, ada pula yang menterjemahkannya ke dalam 5 tahap : pengkajian, perumusan diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
B.       Perkembangan Proses Keperawatan
Seiring dengan perkembangan keperawatan, keilmuan dalam praktek keperawatanpun turut berkembang berbagai penelitian berdasarkan fenomena yang ada di dunia pelayanan keperawatan dilakukan. Asuhan keperawatan merupakan tulang punggung pelayanan yang terintegrasi dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit. Mutu pelayanan keperawatan ditentukan oleh perawat yang kompeten di bidangnya.
Namun, kebijakan manajemen rumah sakit terhadap pengembangan pelayanan keperawatan pada umumnya tidak menjadi prioritas. Sumber daya manusia keperawatan yang kompoten sulit didapat dan ukuran kompetensinya pun tidak jelas.
Kompetensi perawat berbeda-beda dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan keperawatan yang beragam. Mulai dari Sekolah Perawat Kesehatan (SPK/SPR), DIII, DIV, S1, S2, hingga S3 keperawatan. Adapun karakteristik perawat profesional adalah kompeten, mandiri, bertanggung jawab, percaya diri, komunikatif, profesional dan sumber daya manusia yang mahal.
Sebelum proses keperawatan ditemukan perawat hanya melaksanakan tugas dan pekerjaan berdasarkan instruksi dokter hal tersebut seolah-oleh menunjukkan bahwa keperawatan bukanlah suatu proses yang mandiri dan berdasarkan ilmu. Pada hal kedua hal itulah yang merupakan ciri penting suatu profesi. Tugas-tugas yang dibebankan kepada perawat dilakukan sebagai rutinitas, sehingga ada perawat yang hanya mengerjakan satu prosedur yang sama selama bertahun-tahun. Prosedur yang umum dilakukan perawat antara lain : memasang infus, memasang kateter, perawatan luka, memberikan obat suntik, dan mengambil darah untuk pemeriksaan diagnostik. Apabila tugas-tugas tersebut telah selesai, maka perawat tidak melakukan pekerjaan lainnya lagi pada klien. Jadi dapat dipahami mengapa dulu perawat dikenal dengan sebutan ”pembantu dokter”. Ironisnya, sebutan itu masih melekat hingga saat ini.
Seiring perkembangan keperawatan, berbagai penemuan dalam dunia keperawatan pun diperkenalkan, salah satunya adalah proses keperawatan. Pada tahun 1955, seorang ahli keperawatan bernama Hall memperkenalkan istilah proses keperawatan. Namun hal ini baru sekedar istilah dan belum dilaksanakan. Delapan tahun kemudian Wiedenbach memperkenalkan tiga langkah dalam proses keperawatan yaitu : observasi, bantuan pertolongan, dan validasi.
Perkembangan terhadap proses keperawatan berlanjut pada tahun 1967, dimana Knowless menemukan istilah yang menjelaskan tentang discover (penemuan), divide (membagi), decide (memutuskan), do (melakukan) dan discrimination (membedakan).
Perkembangan proses keperawatan terus terjadi di tahun yang sama, fakultas keperawatan sebuah universitas katolik di Amerika memperkenalkan 4 tahap proses keperawatan, yaitu : pengkajian, perencanaan, interfensi dan evaluasi.
Pada tahun 1982 National Council of State Boards of Nursing menyempurnakan tahapan dari proses keperawatan menjadi 5 tahap, yaitu : pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Pada tahap pengkajian kegiatan yang dilakukan adalah pengumpulan data, seperti riwayat keperawatan, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan data sekunder lainnya (catatan hasil pemeriksaan diagnostik dan literatur).
Setelah data didapatkan maka tahap selanjutnya adalah diagnosis kegiatan yang dilakukan pada tahap diagnosis. Ini adalah memvalidasi data, mengoreksi dan mengelompokkan data, menginterpretasikan data, mengidentifikasi masalah dari kelompok data dan merumuskan diagnosis keperawatan.
Tahap perencanaan dilakukan setelah diagnosis dirumuskan. Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah menyusun prioritas masalah, merumuskan tujuan dan kriteria hasil memilih strategi asuhan keperawatan, melakukan konsultasi dengan tenaga kesehatan lain dan menuliskan atau mendokumentasikan rencana asuhan keperawatan.
Tahap implementasi adalah tahap melakukan rencana yang telah dibuat pada klien. Adapun kegiatan yang ada dalam tahap implementasi meliputi : pengkajian ulang, memperbaharui data dasar, meninjau dan merevisi rencana asuhan yang telah dibuat dan melaksanakan intervensi keperawatan yang telah direncanakan.
Tahap akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah mengkaji respon klien setelah dilakukan intervensi keperawatan, membandingkan respon klien dengan kriteria hasil, memodifikasi asuhan keperawatan sesuai dengan hasil evaluasi dan mengkaji ulang asuhan keperawatan yang telah diberikan. Lima tahapan inilah yang sampai saat ini digunakan sebagai langkah-langkah proses keperawatan.
BAB    III
PENUTUP

A.       Kesimpulan
Proses keperawatan adalah metode yang sistematis, dimana perawat dan klien bekerjasama. Dimana proses keperawatan merupakan kerangka kerja dalam proses keperawatan. Dengan proses keperawatan kita mendapatkan asuhan keperawatan yang efektif dan efisien dengan partisipasi aktif dari klien.

B.       Saran
Untuk memahami secara keseluruhan situasi yang sedang dihadapi oleh klien dengan cara memperhatikan kodisi fisik, psikologi, emosi, sosial kultural dan spritual yang bisa mempengaruhi status kesehatan agar dalam melaksanakan proses keperawatan pasien lebih merasa nyaman dan tidak merasa terganggu dengan kehadiran perawat.







DAFTAR PUSTAKA





Makalah Reaksi Peradangan


BAB I
PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang
Reaksi peradangan merupakan reaksi defensif (pertahanan diri) sebagai respon terhadap cedera berupa reaksi vaskular yang hasilnya merupakan pengiriman cairan, zat-zat yang terlarut dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstitial pada daerah cedera atau nekrosis. Peradangan dapat juga dimasukkan dalam suatu reaksi non spesifik, dari hospes terhadap infeksi. Hasil reaksi peradangan adalah netralisasi dan pembuangan agen penyerang, penghancuran jaringan nekrosis, dan pembentukan keadaan yang dibutuhkan untuk perbaikan dan pemulihan.
1.2       Rumusan Masalah
            Adapun rumusan masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah;
a.       Apa yang dimaksud dengan reaksi radang.
b.      Apa saja jenis-jenis radang.
c.       Apa saja tanda-tanda radang.
d.      Apa saja gejala radang.
e.       Fungsi dan peran reaksi radang
f.       Apa saja macam radang
1.3       Tujuan
Makalah ini dibuat dengan tujuan sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Patologi sekaligus sebagai literatur tambahan bagi mahasiswa atau pembaca yang ingin menambah wawasan yang mencakup peradangan.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1       Pengertian Reaksi Radang
Radang (bahasa Inggris: inflammation) adalah respon dari suatu organisme terhadap patogen dan alterasi mekanis dalam jaringan, berupa rangkaian reaksi yang terjadi pada tempat jaringan yang mengalami cedera, seperti karena terbakar, atau terinfeksi. Radang atau inflamasi adalah satu dari respon utama system kekebalan terhadap infeksi dan iritasi.
Menurut Kamus Kedokteran Dorland:
Radang ialah respon protektif setempat yang ditimbulkan oleh cedera atau kerusakan jaringan, yang berfungsi menghancurkan, mengurangi, atau mengurung baik agen pencedera maupun jaringan yang cedera itu.
Menurut Katzung (2002):
Radang ialah suatu proses yang dinamis dari jaringan hidup atau sel terhadap suatu rangsang atau injury (jejas) yang dilakukan terutama oleh pembuluh darah (vaskuler) dan jaringan ikat (connective tissue).

2.2       Jenis-jenis Radang
            2.2.1    Radang Akut
Radang akut adalah respon yang cepat dan segera terhadap cedera yang didesain untuk mengirimkan leukosit ke daerah cedera. Leukosit membersihkan berbagai mikroba yang menginvasi dan memulai proses pembongkaran jaringan nekrotik. Terdapat 2 komponen utama dalam proses radang akut, yaitu perubahan penampang dan struktural dari pembuluh darah serta emigrasi dari leukosit. Perubahan penampang pembuluh darah akan mengakibatkan meningkatnya aliran darah dan terjadinya perubahan struktural pada pembuluh darah mikro akan memungkinkan protein plasma dan leukosit meninggalkan sirkulasi darah. Leukosit yang berasal dari mikrosirkulasi akan melakukan emigrasi dan selanjutnya berakumulasi di lokasi cedera.
            2.2.2    Radang Kronis
Radang kronis dapat diartikan sebagai inflamasi yang berdurasi panjang (berminggu-minggu hingga bertahun-tahun) dan terjadi proses secara simultan dari inflamasi aktif, cedera jaringan, dan penyembuhan. Perbedaannya dengan radang akut, radang akut ditandai dengan perubahan vaskuler, edema, dan infiltrasi neutrofil dalam jumlah besar. Sedangkan radang kronik ditandai oleh infiltrasi sel mononuklir (seperti makrofag, limfosit, dan sel plasma), destruksi jaringan, dan perbaikan.
Radang kronik dapat timbul melalui satu atau dua jalan. Dapat timbul menyusul radang akut, atau responnya sejak awal bersifat kronik. Perubahan radang akut menjadi radang kronik berlangsung bila respon radang akut tidak dapat reda, disebabkan agen penyebab jejas yang menetap atau terdapat gangguan pada proses penyembuhan normal. Ada kalanya radang kronik sejak awal merupakan proses primer. Sering penyebab jejas memiliki toksisitas rendah dibandingkan dengan penyebab yang menimbulkan radang akut. Terdapat 3 kelompok besar yang menjadi penyebabnya, yaitu infeksi persisten oleh mikroorganisme intrasel tertentu (seperti basil tuberkel, Treponema palidum, dan jamur-jamur tertentu), kontak lama dengan bahan yang tidak dapat hancur (misalnya silika), penyakit autoimun. Bila suatu radang berlangsung lebih lama dari 4 atau 6 minggu disebut kronik. Tetapi karena banyak kebergantungan respon efektif tuan rumah dan sifat alami jejas, maka batasan waktu tidak banyak artinya. Pembedaan antara radang akut dan kronik sebaiknya berdasarkan pola morfologi reaksi.
            2.2.3    Radang Kronis Eksaserbasi Akut
Radang kronis eksaserbasi akut adalah radang yang merupakan peningkatan keparahan dari suatu gejala penyakit. Tanda-tanda klinis radang akut kembali timbul pada radang ini, seperti rubor, kalor, tumor, dolor, functio laesa.
2.3       Tanda-tanda Radang
            Reaksi tubuh yang mengalami peradangan memiliki tanda-tanda sebagai berikut:
2.3.1    Rubor : Warna merah
Rubor atau kemerahan merupakan hal pertama yang terlihat di daerah yangmengalami peradangan. Saat reaksi peradangan timbul, terjadi pelebaran arteriolayang mensuplai darah ke daerah peradangan. Sehingga lebih banyak darah mengalirke mikrosirkulasi lokal dan kapiler meregang dengan cepat terisi penuh dengandarah.
Keadaan ini disebut hiperemia atau kongesti, menyebabkan warna merahlokal karena peradangan akut.
2.3.2    Kalor : Panas
Kalor terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi peradangan akut.
Kalordisebabkan pula oleh sirkulasi darah yang meningkat. Sebab darah yang memilikisuhu 37oC disalurkan ke permukaan tubuh yang mengalami radang lebih banyakdaripada ke daerah normal.
2.3.3    Tumor : Pembengkakan
Pembengkakan sebagian disebabkan hiperemi dan sebagian besar ditimbulkan olehpengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstitial.Campuran dari cairan dan sel yang tertimbun di daerah peradangan disebut eksudat meradang.
2.3.4    Dolor : Rasa nyeri
Perubahan pH lokal atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu dapat merangsangujung-ujung saraf. Pengeluaran zat seperti histamin atau zat bioaktif lainnya dapatmerangsang saraf. Rasa sakit disebabkan pula oleh tekanan yang meninggi akibatpembengkakan jaringan yang meradang.
2.3.5    Functiolaesa : Gangguan fungsi
Berdasarkan asal katanya, functio laesa adalah fungsi yang hilang (Dorland, 2002).Functio laesa merupakan reaksi peradangan yang telah dikenal. Akan tetapi belumdiketahui secara mendalam mekanisme terganggunya fungsi jaringan yang meradang.
2.4       Gejala
 Radang kadang-kadang dapat menimbulkan gejala systemic misalnya :
2.4.1    Fever/Demam
Yang merupakan akibat dari pelepasan zat pirogen endogen yang berasal dari neutrofil dan makrofag. Selanjutnya zat tersebut akan memacu pusat pengendali suhu tubuh yang ada dihypothalamus, disebabkan :
- bacteriamia
- efek prostaglandin E 2
- karena lepasnya endotoksin bakteri yang disebut interleukin-1 ( IL-1)
2.4.2    Perubahan hematologis.
Rangsangan yang berasal dari pusat peradangan mempengaruhi proses maturasi dan pengeluaran leukosit dari sumsum tulang yang mengakibatkan kenaikan suatu jenis leukosit, kenaikan ini disebut leukositosis. Perubahan protein darah tertentu juga terjadi bersamaan dengan perubahan apa yang dinamakan laju endap darah.
2.4.3    Gejala konstitusional.
Pada cedera yang hebat, terjadi perubahan metabolisme dan endokrin yang menyolok. Akhirnya reaksi peradangan local sering diiringi oleh berbagai gejala konstitusional yang berupa malaise, anoreksia atau tidak ada nafsu makan dan ketidakmampuan melakukan sesuatu yang beratnya berbeda-beda bahkan sampai tidak berdaya melakukan apapun.
2.4.4    leukositosis
Jumlah leukosit dalam darah bertambah, kadang-kadang sangat banyak bisa 50.000 per mm3 . tidak semua radang member leukositosis, misalnya :
-           lymkphositosis : infections mononucleosis, batuk rejan, mumps
-           eosinofilia : terutama penyakit alergi seperti : asthma, bronchiale, hay-fever, infeksi parasit
-           leucopenia : jumlah lekosit , dari pada normal. missal : infeksi karena virus atau salmonella
2.4.5    lain-lain seperti : pusing, malise, tidak nafsu makan, berat badan berkurang.

2.5       Fungsi dan Peran
            Fungsi:
a.       Melokalisasi dan mengisolasi jaringan yang mengalami jejas melindungi jaringan sekitar yang sehat
b.      Menetralisasi dan inaktifasi zat-zat toksis  yang dihasilkan oleh faktor humoral dan enzim
c.       Merusak dan membatasi pertumbuhan mikroorganisme yang menginfeksi
d.      Mempersiapkan daerah yang sakit untuk penyembuhan dan perbaikan
Peran:
Radang mempunyai tiga peran penting dalam perlawanan terhadap infeksi
a.       memungkinkan penambahan molekul dan sel efektor ke lokasi infeksi untuk meningkatkan performa makrofaga
b.      menyediakan rintangan untuk mencegah penyebaran infeksi
c.       mencetuskan proses perbaikan untuk jaringan yang rusak.

2.6       Macam-macam Radang
            Macam-macam radang yang sering terjadi, yaitu:
            2.6.1    Radang Tenggorokan
Penyakit ini ditandai dengan rasa nyeri di tenggorokan sehingga si penderita susah sekali saat menelan makanan. Radang tenggorokan atau faringitis akut sering diikuti dengan gejala flu seperti demam, sakit kepala, pilek, dan batuk. Disebarkan oleh virus EBV atau kuman Strep.
Pyogenes, radang tenggorokan mudah dikenali dengan memeriksakannya ke dokter THT. Jika daerah faring ditemukan peradangan dengan tanda berupa kemerahan serta terjadi pembesaran pada kelenjar limfe regional di sekitarnya, bisa dikatakan orang tersebut menderita radang tenggorokan. Pada kasus yang sudah berat, di tenggorokan akan dijumpai nanah atau eksudat.
Dalam beberapa kejadian, penyakit radang tenggorokan tidak bersifat serius. Sebagian besar penderita akan sembuh setelah tiga sampai dengan sepuluh hari tanpa terapi yang biasanya menimbulkan rasa sakit yang luar biasa.
Memang masalah utama seorang penderita radang tenggorokan adalah rasa tidak nyaman dan tidak bisa bernapas secara wajar.
Untuk radang tenggorokan yang disebabkan oleh bakteri streptococcal, antibiotik bisa diberikan kepada si pasien agar komplikasi seperti demam rematik bisa dihindari. Jika hal ini tidak segera ditangani, ancaman diptheria mengintai kesehatan si penderita.
Gejala-gejala seorang penderita radang tenggorokan:
1) Bengkak, berwarna merah pada tenggorokan
2) Susah berbicara, menelan, dan bernapas
3) Biasanya terjadi benjolan di sekitar leher
4) Demam tinggi
5) Sakit kepala yang luar biasa
6) Telinga pekak
            2.6.2    Radang Usus Buntu
Radang usus buntu merupakan peradangan pada usus buntu, yaitu sebuah usus kecil yang berbentuk jari yang melekat pada usus besar di sebelah kanan bawah rongga perut. Usus buntu yang mengalami peradangan kadang-kadang pecah terbuka, yang menyebabkan peradangan selaput perut(peritonitis).
Peradangan selaput perut adalah peradangan yang gawat dan mendadak pada selaput yang melapisi dinding dalam rongga perut atau pada kantong yang membungkus usus. Peradangan ini terjadi kalau usus lainnya pecah atau robek.
Penyebab umum adalah:
Adanya benda kecil atau keras (faecaliths) yang berada di appendix dan tidak bisa keluar.
Tanda-tanda appendicitis:
1)         Tanda yang utama ialah keluha nyeri yang menetap pada perut dan semakin lama semakin memburuk.
2)         Rasa nyeri mulai terjadi di sekitar pusar, tetapi segera nyeri tersebut berpindah kesisi kanan bawah.
3)         Mungkin selera makan menghilang, muntah, sembelit atau terdapat panas yang ringan.
            2.6.3    Radang Kulit
Radang kulit, dermatitis, merupakan suatu gejala pada kulit saat jaringan terinfeksi oleh bakteri atau virus.
Ada beberapa tipe radang kulit, yaitu:
·         sebhorrheic dermatitits
·         atopic dermatitis (eczema)
·         Kedua tipe tersebut sangat bervariasi tergantung dari penyebab dan gejala yang terjadi.
Sesungguhnya penyakit ini tidak merupakan penyakit seumur hidup. Ia hanya akan menimbulkan rasa yang tidak nyaman dan mengurangi penampilan diri. Kombinasi antara perawatan kesehatan mandiri dan pengobatan medis akan menghilangkan radang kulit.


BAB III
PENUTUP

3.1       Simpulan
            Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan:
            Reaksi peradangan dapat mem

3.2       Saran
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan serta wawasan pembaca. Selanjutnya pembuat makalah mengharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan makalah ini untuk kedepannya.




DAFTAR PUSTAKA