Subscribe:

Ads 468x60px

Featured Posts

Kamis, 02 Mei 2013

HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN, PREEKLAMSIA dan EKLAMSIA

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ada banyak kasus dimana wanita hamil dengan hipertensi mampu menjaga kehamilan sampai dengan kelahiran dengan selamat. Dengan bantuan medis selama kehamilan, komplikasi selama kehamilan dapat dicegah. Bagaimanapun juga, hipertensi selama kehamilan selalu dibutuhkan perhatian khusus. Wanita hamil yang menderita hipertensi dimulai sebelum hamil, memiliki kemungkinan komplikasi pada kehamilannya lebih besar dibandingkan dengan wanita hamil yang menderita hipertensi ketika sudah hamil. Karena beberapa wanita hamil memiliki kemungkinan menderita hipertensi selama kehamilan karena beberapa factor. Banyak akibat yang bisa ditimbulkan oleh hipertensi. Resiko terbesar hipertensi pada wanita hamil adalah kerusakan pada ginjal. Pada kasus yang lebih serius, ibu bisa menderita preeclampsia atau keracunan pada kehamilan, yang akan sangat membahayakan baik baik ibu maupun bagi janin. Selain itu hipertensi bisa menyebabkan kerusakan pembuluh darah, stroke, dan gagal jantung di kemudian hari. Hipertensi merupakan problema yang paling sering terjadi pada kehamilan. Bahkan,kelainan hipertensi pada kehamilan beresiko terhadap kematian janin dan ibu. Karena itu,deteksi dini terhadap hipertensi pada ibu hamil diperlukan agar tidak menimbulkan kelainan serius dan menganggu kehidupan serta kesehatan janin di dalam rahim. B. Rumusan Masalah • Apa saja klasifikasi hipertensi dalam kehamilan? • Faktor resiko terjadinya preeklamsia • Penanganan hipertensi, preeklamsia dan eklamsia pada kehamilan • Tanda bahaya preeklamsia • Asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan preeklamsia C. Tujuan Untuk memenuhi tugas ASKEB IV (Patologi Kebidanan) dan juga menambah pengetahuan serta wwawasan mahasiswa dalam penanganan kasus hipertensi dalam kehamilan, juga agar mahasiswa dapat memberikan asuhan kebidanan yang bermutu dan tepat guna bagi pasien.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA GANGGUAN HIPERTENSI PADA KEHAMILAN
Hipertensi selama kehamilan tidak seperti hipertensi yang terjadi pada umumnya, tetapi mempunyai kaitan erat dengan angka kesakitan dan kematian yang tinggi baik pada janin maupun pada ibu. Komplikasi yang umum terjadi pada ibu adalah abrupsio plasenta, disseminated intravascular coagulation, perdarahan otak, gagal hati, dan gagal ginjal akut. Janin mempunyai resiko IUGR, premature dan kematian. 1. Hipertensi Kronis a. Hipertensi dikatakan kronis jika muncul sebelum kehamilan atau pada usia kehamilan di bawah 20 minggu b. Tekanan darah sistolik >140 mmhg dan diastolic >90 mmhg c. Apabila hipertensi didiagnosis selama kehamilan tetapi tidak kunjung menurun hingga pasca partum. 2. Preeklamsia adalah sekumpulan gejala secara spesifik hanya muncul selama kehamilan dengan usia >20 minggu ( kecuali pada penyakit trofoblastik ) dan dapat didiagnosis dengan criteria berikut : a. Ada peningkatan tekanan darah selama kehamilan (sistol >140mmhg atau diastole >90 mmhg), yang sebelumnya normal disertai proteinuria (>0,3 gram protein selama 24 jam atau >30 mg/dl dengan hasil reagen urine lebih dari 1+) b. Apabila hipertensi dalam kehamilan muncul tanpa proteinuria perlu dicurigai adanya preeklamsia seiring kemajuan kehamilan, jika muncul gejala nyeri kepala, gangguan penglihatan, nyeri pada abdomen, nilai trombosit rendah dan kadar enzim ginjal abnormal. 3. Preeklamsia Berat a. Tekanan darah sistol >160 mmhg atau diastolic >110 mmhg b. Proteinuria (>2,0 g dalam 24 jam dengan reagen 2+ atau 3+) muncul pertama kali selama kehamilan dan menurun setelah persalinan c. Penigkatan nilai serum kreatinin (>1,2 ml/dl kecuali jika peningkatan telah diketahui sebelumnya) d. Jumlah trombosit <100.000 sel/mm3 e. Peningkatan aktifitas enzim hati (alanin aminotransferase, aspirat aminotransferase atau keduanya) f. Gejala gangguan syaraf, nyeri kepala menetap, gangguan penglihatan g. Nyeri ulu hati yang menetap h. Poliguria 400 mm dalam 24 jam 4. Eklamsia Gejala kejang, sebagai gejala preeklamsia yang telah disebutkan di atas (jika kejang tidak dapat dikaitkan dengan gejala lain) Ada dua hal penting yang menjadi pedoman dalam mendiagnosis preeklasia klasik. Saat ini edema tidak lagi dijadikan komponen ketiga dan trilogy preeklamsi. Pada masa yang lalu hipertensin di definisikan peningkatan tekanan sistol 30 mmhg atau diastole 15 mmhg dari tekanan darah normal. Definisi ini terbukti tidak cocok untuk definisi preeklamsia. Oleh karena itu definisi hipertensi pada kehamilan telah diperbaharui sebagai peningkatan tekanan sistol >140 mmhg dan diastole >90 mmhg setelah minggu ke 20 kehamilan. Sangat penting membedakan hipertensi kronis dari preeklamsia. Yang lebih penting lagi adalah ketika preeklamsia lebih menonjol dibanding hipertensi kronis. Hipertensi kronis menurut definisinya adalah hipertensi yang terjadi sebelum kehamilan atau sebelum usia kehamilan mencapai 12 minggu. Wanita dengan hipertensi kronis dapat diobati dengan obat antihipertensi. FAKTOR RESIKO Terdapat banyak faktor risiko untuk terjadinya hipertensi dalam kehamilan, yang dapat dikelompokan dalam faktor resiko sebagai berikut : 1. Primigravida 2. Hiperplasentosis, misalnya : mola hidatidosa, kehamilan multiple, diabetes mellitus, hidrops fetalis, bayi besar. 3. Umur yang ekstrim (terlalu tua atau terlalu muda) 4. Riwayat keluarga pernah preeklamsia/eklamsia 5. Penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil 6. Obesitas A. HIPERTENSI Hipertensi merupakan tanda terpenting guna menegakkan diagnosis hipertensi dalam kehamilan. Hipertensi dalam kehamilan berarti bahwa wanita telah menderita hipertensi sebelum hamil, disebut juga sebagai preeklamsia tidak murni. Wanita hamil dengan hipertensi tidak menunjukan gejala lain kecuali hipertensi. Yang paling banyak dijumpai adalah hipertensi esensial dengan tekanan darah sekitar 140/90 mmHg sampai 160/100 mmHg. Kehamilan dengan hipertensi esensial akan berlangsung normal sampai dengan aterm. Pada kehamilan setelah 30 minggu, 30 % dari wanita hamil akan menunjukan kenaikan tekanan darah namun tanpa gejala. PENANGANAN • Dianjurkan mentaati pemeriksaan antenatal yang teratur dan jika perlu konsultasikan kepada ahli kandungan • Dianjurkan cukup istirahat, menjauhi emosi, dan jangan bekerja terlalu berat • Penambahan berat badan yang agresif harus dicegah. Dianjurkan untuk diet tinggi protein, rendah hidrat arang, rendah lemak dan rendah garam (sekarang tidak direkomendasikan lagi). • Pengawasan terhadap janin harus lebih teliti, disamping pemeriksaan biasa, dapat dilakukan pemeriksaan monitor janin lainnya seperti elektrokardiografi fetal, ukuran biparietal (USG), penentuan kadar estriol, amnioskopi, pH darah janin, dan sebagainya. Jika kehamilan <37 minggu, tangani secara rawat jalan : • Pantau tekanan darah, proteinuria, dan kondisi janin setiap minggu • Jika tekanan darah meningkat, tangani sebagai preeklamsia • Jika kondisi janin memburuk, atau terjadi pertumbuhan janin yang terhambat, rawat dan pertimbangkan untuk terminasi kehamilan. B. PREEKLAMSIA/EKLAMSIA Preeklamsia adalah suatu penyakit yang muncul pada awal kehamilan dan berkembang secara perlahan dan akan menunjukan gejala bila kondisi semakin memburuk.Pada wanita yang menunjukan kecendrungan preeklamsia,tetapi gejala yang muncul tidak memenuhi criteria yang ada bidan perlumelakukan pemeriksaan laboratorium ( Hemoglobin,hemotokrit,trombosit,LDH,AST,ALT). Kondisi yang dihubungkan dengan preeklamsia adalah sebagai berikut : 1. Nuliparitas 2. Toproblastik ( 70 persen terjadi pada kasus mola hidatidosa ) 3. Kehamilan kembar, tanpa memperhatikan paritas. 4. Riwayat penyakit : a. Hipertensi kronis b. Penyakit ginjal kronis c. Diabetes mellitus pra-kehamilan 5. Riwayat preeklamsia atau eklamsia dalam keluarga 6. Riwayat preeklemsia sebelumnya 7. Peningkatan resiko untuk multipara yang memiliki pasangan seks yang baru 8. Etnis amerika-afrika dan asia Tanda dan gejala preeklamsia merupakan dasar pengkajian riwayat rutin ,pemeriksaan fisik,dan pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada setiap kunjungan prenatal .Apabila ditemukan tanda gejala atau gejala preeklamsia,perlu dilakukan tindak lanjut. Preeklamsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi ante, intra dan postpartum. Dari gejala-gejala klinik preeklamsia dapat dibagi menjadi preeklamsia ringan dan preeklamsia berat. a. Preeklamsia Ringan Diagnosis preeklamsia ringan ditegakkan berdasar atas timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan/atau edema setelah kehamilan 20 minggu. - Hipertensi : sistolik/diastolic ≥ 140/90 mmHg. Kenaikan sistolik ≥ 30 mmHg dan kenaikan diastolic ≥ 15 mmHg tidak dipakai lagi sebagai criteria preeklamsia. - Preteinuria : ≥300 mg/24 jam atau ≥ 1+ - Edema : edema local tidak dimasukkan dalam criteria preeklamsia, kecuali edema pada lengan, muka dan perut, edema generalisata. PENANGANAN : Jika kehamilan <37 minggu, dan tidak ada tanda-tanda perbaikan, lakukan penilaian 2 kali seminggu secara rawat jalan : o Pantau tekanan darah, proteinuria, reflex dan kondisi janin o Lebih banyak istirahat o Diet biasa o Tidak perlu diberi obat-obatan o Jika terdapat tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat, pertimbangkan terminasi kehamilan. o Jika proteinuria menungkat, tangani sebagai preeklamsia berat Jika kehamilan >37 minggu, pertimbangkan terminasi : o Jika serviks matang, lakukan induksi dengan oksitosin 5 IU dalam 500 ml dekstrose IV 10 tetes/menit atau dengan prostaglandin. o Jika serviks belum matang, berikan prostaglandin, misoprostol atau Kateter Foley, atau terminasi dengan SC b. Preeklamsia Berat Preeklamsia digolongkan dalam preeklamsia berat bila ditemukan satu atau lebih gejala berikut : - Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan diastolic ≥110 mmHg. Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat di rumah sakit dan sudah menjalani tirah baring. - Proteinuria lebih 5 g/24 jam atau 4+ dalam pemeriksaan kualitatif - Oliguria, yaitu produksi urine kurang dari 500 cc/24 jam - Kenaikan kadar keratin plasma - Gangguan visus dan serebral : penurunan kesadaran, nyeri kepala dan pandangan kabur - Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen - Edema paru dan sianosis - Trombositopenia berat : <100.000 sel/mm3 atau penurunan trombosit dengan cepat. - Gangguan fungsi hepar : peningkatan kadar alanin dan aspartate aminotransfrase - Pertumbuhan janin intrauterine terhambat c. Eklamsia didiagnosis ketika preeklamsia berat memburuk menjadi kejang.kejang sering muncul sebelum persalinan dan berlanjut lagi higga pascapartum .pemantauan tanda gejala,mencakup nyeri kepala,gangguan penglihatan,nyeri ulu hati,atau kuadran kanan atas,dan kegelisahan,dapat menyiagakan bidan terhadap munculnya kejang. PENANGANAN PREEKLAMSIA BERAT DAN EKLAMSIA Penanganan preeklamsia berat dan eklamsia sama, kecuali bahwa persalinan harus berlangsung dalam 12 jam setelah timbulnya kejang pada eklamsia. Penanganan kejang  Beri obat antikonvulsan  Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, sedotan, masker oksigen, oksigen)  Lindungi pasien dari kemungkinan trauma  Aspirasi mulut dan tenggorokan  Baringkan pasien pada sisi kiri, posisi Trendenburg untuk mengurangi resiko aspirasi  Beri O2 4-6 liter/menit Penanganan umum  Jika tekanan diastolic >110 mmHg, berikan antihipertensi, sampai tekanan diastolic di antara 90-100 mmHg  Pasang infuse Ringer laktat dengan jarum besar (16 gauge atau >)  Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai overload  Kateterisasi urin untuk pengeluaran volume dan proteinuria.  Jika jumlah urin <30 ml/jam : - Infuse cairan dipertahankan 1 1/8 jam - Pantau kemungkinan edema paru  Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin  Observasi tanda vital, reflex, dan denyut jantung janin setiap jam.  Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda edema paru, stop pemberian cairan dan berikan diuretic misalnya furosemide 40 mg IV  Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan bedside. Jika pembekuan tidak terjadi sesudah 7 menit, kemungkinan terdapat koagulopati. C. TANDA BAHAYA PASIEN PREEKLAMSIA Rujuk segera pasien preeklamsia ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap apabila terdapat tanda bahaya preeklamsia seperti : • Sakit kepala hebat • Nyeri ulu hati • Buta mendadak • Proteinuria 4+ • Kejang • Mual • Muntah • Nyeri perut kuadran kanan atas • Oliguria • Sesak napas KEMENTERIAN KESEHATAN R. I. POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA FORMAT PENGKAJIAN PADA IBU HAMIL I. PENGKAJIAN DATA A. IDENTITAS/BIODATA Nama Ibu : Ny R Nama Ayah : Tn. T Umur : 16 tahun Umur : 20 tahun Suku/Bangsa : Banjar/Indonesia Suku/Bangsa : Banjar/Indonesia Agama : Islam Agama : Islam Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Pedagang Alamat Rumah : Jl. Badak Alamat Rumah : Jl. Badak B. ANAMNESA ( Data Subjektif ) Pada tanggal : 20-11-2012 Pukul : 19.00 WIB 1. Kunjungan yang ke- II 2. Alasan kunjungan/keluhan utama : Ibu ingin memeriksakan kehamilannya/ Ibu mengeluh sering merasa sakit kepala, bengkak pada jari-jari tangan dan kadang-kadang penglihatannya kabur 3. Riwayat Psikososial 1) Kehamilan ini : ( ) Direncanakan ( x ) Tidak direncanakan ( x ) Diterima ( ) Tidak diterima 2) Perasaan tentang kehamilan ini : Senang 3) Emosional ibu saat pengkajian : ( x )stabil ( ) labil 4) Jenis kelamin yang diharapkan : ( x ) ♀ ( x ) ♂ 5) Status Perkawinan : Syah Kawin I : Umur : 16 tahun Dengan suami umur : 20 tahun Lamanya : 0,5 tahun Anak - Orang Abortus - kali Kawin II : 6) Perilaku Kesehatan : Merokok ( ) ya ( x ) tidak Alkohol ( ) ya ( x ) tidak Narkoba ( ) ya ( x ) tidak 7) Susunan keluarga / Genogram : ? Keterangan : □ laki-laki ■ laki-laki dgn penyakit keturunan O perempuan ● perempuan dgn penyakit keturunan ---- tinggal serumah 4. Riwayat Obstetri a. Riwayat haid Haid pertama kali : 14 tahun teratur/tidak teratur Siklus : 28 hari Lamanya : 4-6 Hari Banyaknya : 2x ganti pembalut Sifat darah : Encer Dismenore : ada/tidak ada b. Riwayat kehamilan HPHT : 07-05-2012 TP : 14-02-2012 Keluhan – keluhan : • Trimester I : Pusing, mual kadang muntah • Trimester II : Pusing, bengkak diwajah, tangan dan penglihatan kabur • Trimester III : ......................................................................................... Pergerakan anak pertama kali : hamil 18 minggu Bila pergerakan sudah terasa, pergerakan anak dalam 24 jam : ( ) kurang dari 10 kali ( x ) lebih dari 10 sampai 20 kali ( ) lebih dari 20 kali Bila lebih dari 20 kali dalam 24 jam, dengan frekuensi : ( ) kurang dari 15 detik ( ) lebih dari 15 detik Bila ada pergerakan keluhan yang dirasakan : Tidak ada keluhan 5. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu : GIP0A0 6. Riwayat KB : Tidak ada 7. Riwayat Kesehatan : Penyakit yang pernah atau sedang diderita : Penyakit Klien Keluarga Jantung Tidak Ada Tidak Ada Hipertensi Tidak Ada Ada, ayah klien Hepar/hepatitis Tidak Ada Tidak Ada Diabetes Mellitus Tidak Ada Tidak Ada Anemia ringan/sedang/berat Tidak Ada Tidak Ada PHS dan HIV/AIDS Tidak Ada Tidak Ada Campak Tidak Ada Tidak Ada Malaria Tidak Ada Tidak Ada Tuberkulosis (TBC) Tidak Ada Tidak Ada Keturunan kembar : Tidak Ada 8. Riwayat kebiasaan a. Pola makan : Ibu makan 3x/hari porsi sedang dengan ikan, daging, telur, sayur dan buah. Ibu minum ±8 gelas air putih, susu setiap malam sebelum tidur. b. Pola Eliminasi : BAB 1x/hari, konsistensi lunak, warna kuning kecoklatan BAK 4-6x/hari, warna kuning jernih, tidak ada nyeri c. Personal Hygiene : Ibu mandi 2x/hari menggunakan sabun, keramas 3x/minggu, menggosok gigi sehabis makan dan sebelum tidur, mengganti pakaian dalam bila terasa lembab dan basah. d. Pola aktivitas sehari-hari : Ibu bekerja sebagai ibu rumah tangga, melakukan pekerjaan rumah tanggan, dan mengurus suami. e. Pola istirahat dan tidur : Siang ± 1 jam/hari Malam ± 6-8 jam/hari f. Seksualitas : Tidak ada keluhan g. Imunisasi : TT1 : Pernah Tanggal :16-10-2012 TT2 :Pernah Tanggal :17-11-2012 C. PEMERIKSAAN FISIK ( Data Objektif ) 1. Tanda-tanda vital : TD = 150/90 mmhg Nadi = 80 x/menit RR = 22 x /menit Suhu= 37 oC 2. Lingkar lengan atas : 24 cm 3. TB : 152 cm 4. BB sebelum hamil : 45 kg 5. BB sekarang : 50 kg 6. Kepala dan rambut Warna rambut : Hitam Distribusi : Merata Kebersihan : Bersih Kekuatan : Kuat Keadaan kulit kepala : Sehat, tidak berketombe 7. Muka Oedema : Ya Chloasmagravidarum : Ada 8. Mata Konjungtiva : Tidak anemis Skelera : Tidak ikterik Kemampuan penglihatan : Kadang-kadang kabur 9. Mulut Gigi : Lengkap, tidak berkaries Gusi : Tidak ada pembengkakan, tidak mudah berdarah Mukosa Bibir : Lembab 10. Telinga Pengeluaran : Tidak ada Kemampuan pendengaran : Baik, ibu dapat mendengar dengan baik 11. Hidung Pengeluaran hidung : Tidak ada Kemampuan Penciuman : Ibu dapat mendengar dengan baik 12. Leher Pembesaran kelenjar tiroid : Tidak ada Pembesaran vena jagularis : Tidak ada Pembesaran KGB : Tidak ada 13. Dada Simetris : Ya Pergerakan : Teratur 14. Mammae Pengeluaran : Tidak ada Hiperpigmentasi Aerola : Ya Konsistensi : Lunak Kebersihan : Bersih Keadaan puting susu : Menonjol 15. Abdomen Pembesaran : Sesuai usia kehamilan Warna/Asites : Sesuai perut ibu, tidak asites Bekas luka : Tidak ada Linea : Nigra Striae : Libida Leopold I : TFU 2 jari atas pusat (Md = 27 cm) Leopold II : Pu-Ka Leopold III : Let-Kep Leopold IV : belum masuk PAP TBBJ : 2325 gram DJJ : + 146x/menit 16. Genitalia (Vagina) (Tidak dilakukan pemeriksaan) Oedema : ………………………………………………………………………………… Varises : ………………………………………………………………………………… Pembesaran kelenjar : ………………………………………………………………………………… Pengeluaran cairan : …………………………………………………………………………………. Bekas episiotomy : ………………………………………………………………………………… Kemerahan : ………………………………………………………………………………… Nyeri : ………………………………………………………………………………… Tanda Chadwick : ………………………………………………………………………………… 17. Anus : Hemoroid : Tidak ada 18. Tangan : Kuku : Bersih Oedema : Ya Kaki : Varises : Tidak ada Oedema : Ya Reflek Patella : +/+ 19. Punggung Lordosis : Tidak Kiposis : Tidak Scoliosis : Tidak Ketuk costovertebra : -/- 20. Ukuran panggul luar (Tidak dilakukan pemeriksaan) Distansia spinarum : …………………. Cm Conjugata eksterna : ……………… cm Distansia kristarum : …………………. Cm Lingkar panggul : ……………… cm D. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Pemeriksaan Laboratorium Tanggal : …………………. Darah : HB : 11,3 gr% Golongan darah : O Rhesus : + Urine : Protein Urine : 2+ Reduksi Urine : …………………. 2. Pemeriksaan penunjang lainnya : ………………….………………….………………….………………….………………….………………….………………….………………….………………….………………….………………….………………….………………….…………………. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL PATOLOGI NY. R USIA 16 TAHUN G1P0A0 DI BPS YUNITHA I. PENGKAJIAN DATA (terlampir) II. INTERPRETASI DATA Diagnosa : G1P0A0, hamil 28 minggu, janin tunggal hidup intra uterine dengan preeklamsia ringan Data “S” : • Ibu mengatakan ini kehamilannya yang pertama, belum pernah melahirkan, dan tidak pernah mengalami keguguran • Ibu mengatakan HPHT 07-05-2012 • Ibu mengatakan janinnya bergerak aktif • Ibu mengeluh sering merasa sakit kepala, bengkak pada jari-jari tangan dan kadang-kadang penglihatannya kabur Data “O” : • TP 14-02-2013 • Keadaan umum ibu : baik, kesadaran compos mentis • Tanda-tanda Vital : TD : 150/90 mmHg R : 22 x/menit N : 80 x/menit S : 37 oC • Inspeksi : dilakukan pemeriksaan head to toe dan hasilnya ada edema di ekstremitas atas • Palpasi : L I : TFU 2 jari atas pusat (Md = 27 cm) L II : Pu-Ka L III : Let-Kep L IV : belum masuk PAP • Auskultasi : DJJ + 146 x/menit • Perkusi : - Reflek Patella +/+ - Ketuk Costovertebra -/- • TBBJ ± 2325 gram • Pemeriksaan Penunjang : - HB 11,3 gr% - Protein Urine 2+ - Golongan Darah O - Rhesus + Masalah : Bengkak pada jari-jari tangan, sakit kepala dan penglihatan ibu yang kadang-kadang kabur. Kebutuhan : Informasi hasil pemeriksaan, KIE seputar kehamilan dan penanganan keluhan ibu III. DIAGNOSA POTENSIAL Preeklamsia berat Eklamsia IV. TINDAKAN SEGERA o Pantau tekanan darah, proteinuria dan kondisi janin setiap minggu o Jika tekanan darah meningkat, tangani sebagai preeklamsia V. INTERVENSI 1. Lakukan komunikasi interpersonal 2. Beritahu ibu hasil pemeriksaan 3. Beritahu ibu penyebab dari keluhan yang dirasakan 4. Anjurkan ibu untuk santai dan tenang dalam menghadapi kehamilan 5. Anjurkan ibu untuk banyak beristirahat 6. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi 7. Beritahu ibu tanda bahaya kehamilan 8. Berikan raboransia dan therapy dengan berkolaborasi 9. Anjurkan ibu kontrol ulang VI. IMPLEMENTASI 1. Melakukan komunikasi interpersonal agar tercipta hubungan yang nyaman dan rasa saling percaya antara ibu dan bidan. 2. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa sekarang usia kehamilan ibu 26 minngu, kondisi ibu dan janin baik, tanda-tanda vital ibu dalam batas normal namun tekanan ibu agak tinggi, posisi janin baik, DJJ + 146 x/menit, kuat dan teratur, hasil pemeriksaan penunjang menunjukan adanya proteinuria dalam urine ibu. 3. Memberitahu ibu penyebab dari keluhan yang dirasakan adalah karena adanya tanda gejala preeklamsia ringan pada kehamilan, namun ibu tidak perlu khawatir karena masih bisa diatasi asalkan ibu bersedia mengikuti semua anjuran yang diberikan bidan. 4. Menganjurkan ibu untuk santai dan tenang dalam menghadapi kehamilan dan juga memberikan dukungan agar ibu tidak stress dalam menjalani kehamilan. 5. Menganjurkan ibu untuk banyak beristirahat, tidak berpergian terlalu jauh dan mengurangi aktivitas ibu yang berat-berat agar ibu tidak kelelahan. 6. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan bergizi seperti ikan, telur, tahu-tempe, sayuran hijau (bayam, kangkung, dll), kentang, wortel, buah-buahan dan perbanyak minum air putih untuk memenuihi nutrisi yang diperlukan ibu dan janin. Mengurangi makanan yang bersifat menaikan tekanan darah seperti daging sapi, ikan asin, dan daun singkong. 7. Memberitahu ibu tanda bahaya kehamilan, yaitu :  Perdarahan pervaginam  Demam ±2 hari (>38 oC)  Bengkak pada wajah dan tangan disertai pandangan kabur  Nyeri perut hebat  Gerakan janin berkurang/janin tidak bergerak  Air ketuban keluar selelum waktunya 8. Memberikan raboransia dan therapy setelah berkonsultasi dengan dr. SPoG : R/ gestamin plus XX | 1x1 tablet Nifedipin 10 mg IX | 3x1 tablet 9. Menganjurkan ibu kontrol ulang 1 minngu lagi atau bila dirasakan keluhan semakin berat dan ada mengalami tanda bahaya kehamilan VII. EVALUASI 1. Ibu mengetahui hasil pemeriksaan 2. Ibu bersedia mengikuti semua anjuran yang diberikan bidan 3. Ibu mengetahui tanda bahaya kehamilan 4. Ibu telah mendapatkan raboransia 5. Ibu bersedia untuk kontrol ulang

Rabu, 23 Mei 2012

PERUBAHAN SISTEM REPRODUKSI, PENCERNAAN DAN PERKEMIHAN PADA MASA NIFAS

BAB I
P E N D A H U L U A N

A. Latar Belakang
Masa nifas (puerperium) adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu. Berasal dari bahasa latin, yaitu puer yang artinya bayi dan parous yang artinya melahirkan atau beberapa masa sesudah melahirkan. Masa nifas merupakan masa pembersihan rahim, sama seperti halnya menstruasi. Asuhan kebidanan pada masa nifas adalah penatalaksanaan asuhan yang diberikan pada pasien mulai dari saat setelah lahirnya bayi sampai dengan kembalinya tubuh dalam keadaan seperti sebelum hamil atau mendekati keadaan sebelum hamil.

Masa nifas merupakan hal penting untuk diperhatikan guna menurunkan angka kematian ibu dan bayi di Indonesia. Asuhan kebidanan yang diberikan oleh seorang bidan sangat mempengaruhi kualitas asuhan yang diberikan dalam tindakan kebidanan seperti upaya pelayanan antenatal, intranatal, postnatal dan perawatan bayi baru lahir.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perubahan system reproduksi pada masa nifas?
2. Bagaimana perubahan system pencernaan pada masa nifas?
3. Bagaimana perubahan system perkemihan pada masa nifas?

C. Tujuan Penulisan
Agar mahasiswa mengetahui bagaimana perubahan system reproduksi, pencernaan dan perkemihan pada masa nifas.





BAB II
P E M B A H A S A N

I. Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Sistem Reproduksi
Perubahan alat-alat genital baik interna maupun eksterna kembali seperti semula seperti sebelum hamil disebut involusi. Bidan dapat membantu ibu untuk mengatasi dan memahami perubahan-perubahan seperti:
a. Involusi Uterus
Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil.
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut:
1. Iskemia Miometrium – Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta sehingga membuat uterus menjadi relatif anemi dan menyebabkan serat otot atrofi.
2. Atrofi jaringan – Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian hormon esterogen saat pelepasan plasenta.
3. Autolysis – Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah mengendur hingga panjangnya 10 kali panjang sebelum hamil dan lebarnya 5 kali lebar sebelum hamil yang terjadi selama kehamilan. Hal ini disebabkan karena penurunan hormon estrogen dan progesteron.
4. Efek Oksitosin – Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterus sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan.
Ukuran uterus pada masa nifas akan mengecil seperti sebelum hamil. Perubahan-perubahan normal pada uterus selama postpartum adalah sebagai berikut:
Involusi Uteri
Tinggi Fundus Uteri
Berat Uterus
Diameter Uterus

Plasenta lahir
Setinggi pusat 1000 gram 12,5 cm
7 hari (minggu 1) Pertengahan pusat dan simpisis
500 gram 7,5 cm
14 hari (minggu 2) Tidak teraba 350 gram 5 cm
6 minggu Normal
60 gram 2,5 cm
Dibawah ini dapat dilihat perubahan tinggi fundus uteri pada masa nifas.







Gambar. Tinggi fundus uteri pada masa nifas
b. Involusi Tempat Plasenta
Uterus pada bekas implantasi plasenta merupakan luka yang kasar dan menonjol ke dalam kavum uteri. Segera setelah plasenta lahir, dengan cepat luka mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm. Penyembuhan luka bekas plasenta khas sekali. Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh thrombus. Luka bekas plasenta tidak meninggalkan parut. Hal ini disebabkan karena diikuti pertumbuhan endometrium baru di bawah permukaan luka. Regenerasi endometrium terjadi di tempat implantasi plasenta selama sekitar 6 minggu. Pertumbuhan kelenjar endometrium ini berlangsung di dalam decidua basalis. Pertumbuhan kelenjar ini mengikis pembuluh darah yang membeku pada tempat implantasi plasenta hingga terkelupas dan tak dipakai lagi pada pembuangan lokia.
c. Perubahan pada Serviks
Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendor, terkulai dan berbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan korpus uteri berkontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga perbatasan antara korpus dan serviks uteri berbentuk cincin. Warna serviks merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah. Segera setelah bayi dilahirkan, tangan pemeriksa masih dapat dimasukan 2–3 jari dan setelah 1 minggu hanya 1 jari saja yang dapat masuk.
Oleh karena hiperpalpasi dan retraksi serviks, robekan serviks dapat sembuh. Namun demikian, selesai involusi, ostium eksternum tidak sama waktu sebelum hamil. Pada umumnya ostium eksternum lebih besar, tetap ada retak-retak dan robekan-robekan pada pinggirnya, terutama pada pinggir sampingnya. Akibat peningkatan vaskular serta perubahan pada jaringan ikat dibawah pengaruh estrogen, servik dalam kehamilan menjadi lunak. Terjadi sekresi kelenjar dan lendir servik menjadi kental sehingga dapat berperan sebagai pelindung yang meyumbat ostium uteri.





d. Perubahan pada Endometrium
Perubahan pada endometrium adalah timbulnya thrombosis, degenerasi dan nekrosis di tempat implantasi plasenta. Pada hari pertama tebal endometrium 2,5 mm, mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin. Setelah 3 hari mulai rata, sehingga tidak ada pembentukan jaringan parut pada bekas implantasi plasenta.
e. Lokia
Akibat involusi uteri, lapisan luar desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa cairan. Percampuran antara darah dan desidua inilah yang dinamakan lokia.
Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi basa/alkalis yang membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal.
Lokia mempunyai bau yang amis (anyir) meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Lokia mengalami perubahan karena proses involusi. Pengeluaran lokia dapat dibagi menjadi lokia rubra, sanguilenta, serosa dan alba. Perbedaan masing-masing lokia dapat dilihat sebagai berikut:

Lokia
Waktu Warna Ciri-ciri
Rubra 1-3 hari Merah kehitaman Terdiri dari sel desidua, verniks caseosa, rambut lanugo, sisa mekoneum dan sisa darah

Sanguilenta 3-7 hari Putih bercampur merah Sisa darah bercampur lendir

Serosa 7-14 hari Kekuningan/ kecoklatan Lebih sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan robekan laserasi plasenta

Alba >14 hari Putih Mengandung leukosit, selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati.

Umumnya jumlah lochia lebih sedikit bila wanita postpartum dalam posisi berbaring daripada berdiri. Hal ini terjadi akibat pembuangan bersatu di vagina bagian atas saat wanita dalam posisi berbaring dan kemudian akan mengalir keluar saat berdiri. Total jumlah rata-rata pengeluaran lokia sekitar 240 hingga 270 ml.
f. Perubahan Pada Vulva, Vagina dan Perineum
Selama proses persalinan vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan, setelah beberapa hari persalinan kedua organ ini kembali dalam keadaan kendor. Rugae timbul kembali pada minggu ke tiga. Himen tampak sebagai tonjolan kecil dan dalam proses pembentukan berubah menjadi karankulae mitiformis yang khas bagi wanita multipara. Ukuran vagina akan selalu lebih besar dibandingkan keadaan saat sebelum persalinan pertama.
Perubahan pada perineum pasca melahirkan terjadi pada saat perineum mengalami robekan. Robekan jalan lahir dapat terjadi secara spontan ataupun dilakukan episiotomi dengan indikasi tertentu. Meskipun demikian, latihan otot perineum dapat mengembalikan tonus tersebut dan dapat mengencangkan vagina hingga tingkat tertentu. Hal ini dapat dilakukan pada akhir puerperium dengan latihan harian.
g. Perubahan pada Payudara
Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi secara alami. Proses menyusui mempunyai dua mekanise fisiologis yaitu :
1. Produksi susu
2. Sekresi susu atau let down
Selama Sembilan bulan kehamilan, jaringan payudara tumbuh dan menyiapkan fungsinya untuk menyediakan makanan bagi bayi baru lahir. Setelah melahirkan, ketika hormone yang dihasilkan plasenta tidak ada lagi untuk menghambatnya kelenjar pituitary akan mengeluarkan prolaktin (hormone laktogenik). Sampai hari ketiga setelah melahirkan, efek prolaktin pada payudara mulai bias dirasakan. Pembuluh darah payudara menjadi bengkak terisi darah, sehingga timbul rasa hangat, bengkak dan rasa sakit. Sel-sel acini yang menghasilkan ASI juga mulai berfungsi. Ketika bayi menghisap putting, reflek saraf merangsang lobus posterior pituitary untuk menyekresikan hormone oksitosin. Oksitosin merangsang reflek let down sehingga menyebabkan ejeksi ASI melalui sinus aktiferus payudara ke duktus yang terdapat pada putting.
II. Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Sistem Pencernaan
Seorang wanita dapat merasa lapar dan siap menyantap makanannya 2 jam setelah persalinan. Mual dan muntah dapat terjadi pada ibu nifas kurang lebih 10 minggu. Pada ibu nifas terutama yang partus lama dan terlantar mudah terjadi ileus paralitikus yaitu adanya obstruksi usus akibat tidak adanya peristaltic usus. Penyebabnya adalah penekanan buah dada dalam kehamilan dan partus lama, sehingga membatasi gerak peristaltic usus serta bias juga terjadi karena pengaruh psikis takut BAB karena ada luka jahitan perineum.
Sistem gastrointestinal selama kehamilan dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya tingginya kadar progesteron yang dapat mengganggu keseimbangan cairan tubuh, meningkatkan kolestrol darah, dan melambatkan kontraksi otot-otot polos. Pasca melahirkan, kadar progesteron juga mulai menurun. Namun demikian, faal usus memerlukan waktu 3-4 hari untuk kembali normal.
Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan pada sistem pencernaan, antara lain:
a. Nafsu Makan
Pasca melahirkan, biasanya ibu merasa lapar sehingga diperbolehkan untuk mengkonsumsi makanan. Pemulihan nafsu makan diperlukan waktu 3–4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan, asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari.
b. Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anastesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal.
c. Pengosongan Usus
Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini disebabkan tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang makan, dehidrasi, hemoroid ataupun laserasi jalan lahir. Sistem pencernaan pada masa nifas membutuhkan waktu untuk kembali normal.
Beberapa cara agar ibu dapat buang air besar kembali teratur, antara lain:
1. Pemberian diet / makanan yang mengandung serat.
2. Pemberian cairan yang cukup.
3. Pengetahuan tentang pola eliminasi pasca melahirkan.
4. Pengetahuan tentang perawatan luka jalan lahir.
5. Bila usaha di atas tidak berhasil dapat dilakukan pemberian huknah atau obat yang lain.

III. Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Sistem Perkemihan
Pada masa hamil, perubahan hormonal yaitu kadar steroid tinggi yang berperan meningkatkan fungsi ginjal. Begitu sebaliknya, pada pasca melahirkan kadar steroid menurun sehingga menyebabkan penurunan fungsi ginjal. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan. Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12 – 36 jam sesudah melahirkan
Hal yang berkaitan dengan fungsi sistem perkemihan, antara lain:
a. Hemostatis internal.
Tubuh, terdiri dari air dan unsur-unsur yang larut di dalamnya, dan 70% dari cairan tubuh terletak di dalam sel-sel, yang disebut dengan cairan intraselular. Cairan ekstraselular terbagi dalam plasma darah, dan langsung diberikan untuk sel-sel yang disebut cairan interstisial. Beberapa hal yang berkaitan dengan cairan tubuh antara lain edema dan dehidrasi. Edema adalah tertimbunnya cairan dalam jaringan akibat gangguan keseimbangan cairan dalam tubuh. Dehidrasi adalah kekurangan cairan atau volume air yang terjadi pada tubuh karena pengeluaran berlebihan dan tidak diganti.
b. Keseimbangan asam basa tubuh.
Keasaman dalam tubuh disebut PH. Batas normal PH cairan tubuh adalah 7,35-7,40. Bila PH >7,4 disebut alkalosis dan jika PH < 7,35 disebut asidosis. c. Pengeluaran sisa metabolisme, racun dan zat toksin ginjal. Zat toksin ginjal mengekskresi hasil akhir dari metabolisme protein yang mengandung nitrogen terutama urea, asam urat dan kreatinin. Ibu post partum dianjurkan segera buang air kecil, agar tidak mengganggu proses involusi uteri dan ibu merasa nyaman. Namun demikian, pasca melahirkan ibu merasa sulit buang air kecil. Hal yang menyebabkan kesulitan buang air kecil pada ibu post partum, antara lain: 1. Adanya odema trigonium yang menimbulkan obstruksi sehingga terjadi retensi urin. 2. Diaforesis yaitu mekanisme tubuh untuk mengurangi cairan yang teretansi dalam tubuh, terjadi selama 2 hari setelah melahirkan. 3. Depresi dari sfingter uretra oleh karena penekanan kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulus sfingter ani selama persalinan, sehingga menyebabkan miksi. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen akan menurun, hilangnya peningkatan tekanan vena pada tingkat bawah, dan hilangnya peningkatan volume darah akibat kehamilan, hal ini merupakan mekanisme tubuh untuk mengatasi kelebihan cairan. Keadaan ini disebut dengan diuresis pasca partum. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu. Kehilangan cairan melalui keringat dan peningkatan jumlah urin menyebabkan penurunan berat badan sekitar 2,5 kg selama masa pasca partum. Pengeluaran kelebihan cairan yang tertimbun selama hamil kadang-kadang disebut kebalikan metabolisme air pada masa hamil (reversal of the water metabolisme of pregnancy). Rortveit dkk (2003) menyatakan bahwa resiko inkontinensia urine pada pasien dengan persalinan pervaginam sekitar 70% lebih tinggi dibandingkan resiko serupa pada persalinan dengan Sectio Caesar. Sepuluh persen pasien pasca persalinan menderita inkontinensia (biasanya stres inkontinensia) yang kadang-kadang menetap sampai beberapa minggu pasca persalinan. Untuk mempercepat penyembuhan keadaan ini dapat dilakukan latihan pada otot dasar panggul. Bila wanita pasca persalinan tidak dapat berkemih dalam waktu 4 jam pasca persalinan mungkin ada masalah dan sebaiknya segera dipasang dower kateter selama 24 jam. Bila kemudian keluhan tak dapat berkemih dalam waktu 4 jam, lakukan kateterisasi dan bila jumlah residu > 200 ml maka kemungkinan ada gangguan proses urinasinya. Maka kateter tetap terpasang dan dibuka 4 jam kemudian , bila volume urine < 200 ml, kateter dibuka dan pasien diharapkan dapat berkemih seperti biasa.













BAB III
P E N U T U P
A. Kesimpulan

Masa nifas merupakan masa pembersihan rahim, sama seperti halnya menstruasi. Asuhan kebidanan pada masa nifas adalah penatalaksanaan asuhan yang diberikan pada pasien mulai dari saat setelah lahirnya bayi sampai dengan kembalinya tubuh dalam keadaan seperti sebelum hamil atau mendekati keadaan sebelum hamil.

B. Saran
Semoga apa yang kami sampaikan bisa bermanfaat. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan. Terima kasih.



Daftar Pustaka

Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm: 73-80)
Bambang, W. 2009. Masa Nifas. obfkumj.blogspot.com/ diunduh 9 Feb 2010, 04:07 PM.
Dessy, T., dkk. 2009. Perubahan Fisiologi Masa Nifas. Akademi Kebidanan Mamba’ul ‘Ulum Surakarta.
scribd.com/doc/17226035/Post-Partum-Oke diunduh 8 Feb 2010, 11:46 PM.
scribd.com/doc/21899776/BAB-I?secret_password=&autodown=pdf diunduh 9 Feb 2010, 07:58 PM.
Kuliahbidan. 2008. Perubahan dalam Masa Nifas. kuliahbidan.wordpress.com/2008/09/19/perubahan-dalam-masa-nifas/ diunduh 6 Feb 2010, 02:25 PM.
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika (hlm: 53-57).
Suherni, 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya. (hlm: 77-79).
Zietraelmart. 2008. Perubahan Fisiologi Masa Nifas. zietraelmart.multiply.com/journal/item/22/PERUBAHAN_FISIOLOGIS_MASA_NIFAS diunduh 6 Feb 2010, 02:35 PM.

by. http://deetha-nezz.blogspot.com/2012/02/perubahan-sistem-reproduksi-pencernaan.html

MAKALAH APLIKASI GAYA DALAM DUNIA KESEHATAN

BAB I
P E N D A H U L U A N

A. Latar Belakang
Arti kata Gaya dalam kehidupan sehari-hari agak berbeda dengan pengertian gaya dalam ilmu fisika. Gaya adalah besaran fisika berupa tarikan atau dorongan. Gaya termasuk besaran vektor karena selain memiliki nilai juga memiliki arah. Pergerakan pada tubuh terjadi karena adanya gaya yang bekerja. Ada gaya yang bekerja pada tubuh dan gaya yang bekerja di dalam tubuh. Perbedaannya adalah kalau gaya pada tubuh dapat kita ketahui (gaya berat tubuh), sedangkan gaya dalam tubuh seringkali tanpa disadari (gaya otot jantung, gaya otot paru-paru).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan gaya ?
2. Bagaimana aplikasi gaya dalam dunia kesehatan?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian dari gaya.
2. Mengetahui aplikasi gaya dalam dunia kesehatan.

D. Manfaat Penulisan
1. Memenuhi tugas yang diberikan Dosen.
2. Menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa.




BAB II
P E M B A H A S A N

A. Sejarah Gaya
Aristoteles dan pengikutnya meyakini bahwa keadaan alami objek di bumi tak bergerak dan bahwasannya objek-objek tersebut cenderung ke arah keadaan tersebut jika dibiarkan begitu saja. Aristoteles membedakan antara kecenderungan bawaan objek-objek untuk menemukan “tempat alami” mereka (misal benda berat jatuh), yang menuju “gerak alami”, dan tak alami atau gerak terpaksa, yang memerlukan penerapan kontinyu gaya. Namun teori ini meskipun berdasarkan pengalaman sehari-hari bagaimana objek bergerak (misal kuda dan pedati), memiliki kesulitan perhitungan yang menjengkelkan untuk proyektil, semisal penerbangan panah. Beberapa teori telah dibahas selama berabad-abad, dan gagasan pertengahan akhir bahwa objek dalam gerak terpaksa membawa gaya dorong bawaan adalah pengaruh pekerjaan Galileo.

Galileo melakukan eksperimen dimana batu dan peluru meriam keduanya digelindingkan pada suatu kecuraman untuk membuktikan kebalikan teori gerak Aristoteles pada awal abad 17. Galileo menunjukkan bahwa benda dipercepat oleh gravitasi yang mana tak gayut massanya dan berargumentasi bahwa objek mempertahankan kecepatan mereka jika tidak dipengaruhi oleh gaya - biasanya gesekan. Isaac Newton dikenal sebagai pembantah secara tegas untuk pertama kalinya, bahwa secara umum, gaya konstan menyebabkan laju perubahan konstan (turunan waktu) dari momentum. Secara esensi, ia memberi definisi matematika pertama kali dan hanya definisi matematika dari kuantitas gaya itu sendiri - sebagai turunan waktu momentum: F = dp/dt.

Pada tahun 1784 Charles Coulomb menemukan hukum kuadrat terbalik interaksi antara muatan listrik menggunakan keseimbangan torsional, yang mana adalah gaya fundamental kedua. Gaya nuklir kuat dan gaya nuklir lemah ditemukan pada abad ke 20. Dengan pengembangan teori medan kuantum dan relativitas umum, disadari bahwa “gaya” adalah konsep berlebihan yang muncul dari kekekalan momentum (momentum 4 dalam relativitas dan momentum partikel virtual dalam elektrodinamika kuantum). Dengan demikian sekarang ini dikenal gaya fundamental adalah lebih akurat disebut “interaksi fundamental”.

B. Jenis Gaya
Meskipun terdapat dengan jelas banyak tipe gaya di alam semesta, mereka seluruhnya berbasis pada empat gaya fundamental. Gaya nuklir kuat dan gaya nuklir lemah hanya beraksi pada jarak yang sangat pendek dan bertanggung jawab untuk "mengikat" nukleon tertentu dan menyusun nuklir. Gaya elektromagnetik beraksi antara muatan listrik dan gaya gravitasi beraksi antara massa. Prinsip perkecualian Pauli bertanggung jawab untuk kecenderungan atom untuk tak "bertumpang tindih" satu sama lain, dan adalah jadinya bertanggung jawab untuk "kekakuan" materi, namun hal ini juga bergantung pada gaya elektromagnetik yang mengikat isi-isi setiap atom. Seluruh gaya yang lain berbasiskan pada keempat gaya ini. Sebagai contoh, gesekan adalah perwujudan gaya elektromagnetik yang beraksi antara atom-atom dua permukaan, dan prinsip perkecualian Pauli, yang tidak memperkenankan atom-atom untuk menerobos satu sama lain.
Gaya-gaya dalam pegas dimodelkan oleh hukum Hooke adalah juga hasil gaya elektromagnetik dan prinsip perkecualian Pauli yang beraksi bersama-sama untuk mengembalikan objek ke posisi keseimbangan. Gaya sentrifugal adalah gaya percepatan yang muncul secara sederhana dari percepatan rotasi kerangka acuan. Pandangan mekanika kuantum modern dari tiga gaya fundamental pertama (seluruhnya kecuali gravitasi) adalah bahwa partikel materi (fermion) tidak secara langsung berinteraksi dengan satu sama lain namun agaknya dengan mempertukarkan partikel virtual (boson). Hasil pertukaran ini adalah apa yang kita sebut interaksi elektromagnetik (gaya Coulomb adalah satu contoh interaksi elektromagnetik). Dalam relativitas umum, gravitasi tidaklah dipandang sebagai gaya. Melainkan, objek yang bergerak secara bebas dalam medan gravitasi secara sederhana mengalami gerak inersia sepanjang garis lurus dalam ruang-waktu melengkung - didefinisikan sebagai lintasan ruang-waktu terpendek antara dua titik ruang-waktu. Garis lurus ini dalam ruang-waktu dipandang sebagai garis lengkung dalam ruang, dan disebut lintasan balistik objek. Sebagai contoh, bola basket yang dilempar dari landasan bergerak dalam bentuk parabola sebagaimana ia dalam medan gravitasi serba sama. Lintasan ruang-waktunya (ketika dimensi ekstra ct ditambahkan) adalah hampir garis lurus, sedikit melengkung (dengan jari-jari kelengkungan berorde sedikit tahun cahaya).
Turunan waktu perubahan momentum dari benda adalah apa yang kita labeli sebagai "gaya gravitasi". Contoh:
• Objek berat dalam keadaan jatuh bebas. Perubahan momentumnya sebagaimana dp/dt = mdv/dt = ma =mg (jika massa m konstan), jadi kita sebut kuantitas mg "gaya gravitasi" yang beraksi pada objek. Hal ini adalah definisi berat (W = mg) objek.
• Objek berat di atas meja ditarik ke bawah menuju lantai oleh gaya gravitasi (yakni beratnya). Pada waktu yang sama, meja menahan gaya ke bawah dengan gaya ke atas yang sama (disebut gaya normal), menghasilkan gaya netto nol, dan tak ada percepatan. (Jika objek adalah orang, ia sesungguhnya merasa aksi gaya normal terhadapnya dari bawah.)
• Objek berat di atas meja dengan lembut didorong dalam arah menyamping oleh jari-jari.
• Akan tetapi, ia tidak pindah karena gaya dari jari-jari tangan pada objek sekarang dilawan oleh gaya baru gesekan statis, dibangkitkan antara objek dan permukaan meja.
• Gaya baru terbangkitkan ini secara pasti menyeimbangkan gaya yang dikerahkan pada objek oleh jari, dan lagi tak ada percepatan yang terjadi.
• Gesekan statis meningkat atau menurun secara otomatis. Jika gaya dari jari-jari dinaikkan (hingga suatu titik), gaya samping yang berlawanan dari gesekan statis meningkat secara pasti menuju titik dari posisi sempurna.
• Objek berat di atas meja didorong dengan jari cukup keras sehingga gesekan statis tak dapat membangkitkan gaya yang cukup untuk menandingi gaya yang dikerahkan oleh jari, dan objek mulai terdorong melintasi permukaan meja. Jika jari dipindah dengan kecepatan konstan, ini perlu untuk menerapkan gaya yang secara pasti membatalkan gaya gesek kinetik dari permukaan meja dan kemudian objek berpindah dengan kecepatan konstan yang sama. Kecepatan adalah konstan hanya karena gaya dari jari dan gesekan kinetik saling menghilangkan satu sama lain. Tanpa gesekan, objek terus-menerus bergerak dipercepat sebagai respon terhadap gaya konstan.
• Objek berat mencapai tepi meja dan jatuh. Sekarang objek, yang dikenai gaya konstan dari beratnya, namun dibebaskan dari gaya normal dan gaya gesek dari meja, memperoleh dalam kecepatannya dalam arah sebanding dengan waktu jatuh, dan jadinya (sebelum ia mencapai kecepatan dimana gaya tahanan udara menjadi signifikan dibandingkan dengan gaya gravitasi) laju perolehan momentum dan kecepatannya adalah konstan. Fakta ini pertama kali ditemukan oleh Galileo.
• Objek berat suspended pada timbangan. Karena objek tidak bergerak (sehingga turunan waktu dari momentumnya adalah nol) maka selama percepatan jatuh bebas g ia harus mengalami percepatan yang diarahkan sama dan berlawanan a = -g dikarenakan aksi pegas.
• Percepatan ini dikalikan dengan massa objek adalah apa yang kita labeli sebagai "gaya reaksi pegas" yang mana secara nyata sama dan berlawanan dengan berat objek mg.
• Mengetahui massa (katakanlah, 1 kg) dan percepatan jatuh bebas (katakanlah, 9,8 meter/detik2) kita dapat menentukan timbangan dengan tanda "9,8 N". Pasang beragam massa (2 kg, 3 kg, ...) kita dapat mengkalibrasi timbangan dan kemudian menggunakan skala tertentu ini untuk mengukur banyak gaya yang lain (gesek, gaya reaksi, gaya listrik, gaya magnetik, dst).

C. Aplikasi Gaya Dalam Dunia Kesehatan
Hubungan fundamental pada mekanika klasik tercakup dalam hukum tentang gerak yang dikemukakan oleh Isaac Newton, seorang ilmuwan Inggris. Newton sangat berjasa dalam mempelajari hubungan antara gaya dan gerak. Penerapannya dalam terapan kesehatan antara lain sebagai berikut :
1. Gaya Berat Tubuh & Posisi Duduk yang menyehatkan Tulang Belakang
Punggung adalah salah satu organ tubuh yang bekerja nonstop selama 24 jam. Dalam keadaan tidur pun, punggung tetap menjalankan fungsinya untuk menjaga postur tubuh. Punggung tersusun dari 24 buah tulang belakang (vertebrae), dimana masing-masing vertebrae dipisahkan satu sama lain oleh bantalan tulang rawan atau diskus.
Seluruh rangkaian tulang belakang ini membentuk tiga buah lengkung alamiah, yang menyerupai huruf S.Lengkung paling atas adalah segmen servikal (leher), yang dilanjutkan dengan segmen toraks (punggung tengah), dan segmen paling bawah yaitu lumbar (punggung bawah). Lengkung lumbar inilah yang bertugas untuk menopang berat seluruh tubuh dan pergerakan.
Berdasarkan data British Chiropractic Association, sekitar 32% populasi dunia menghabiskan waktu lebih dari 10 jam sehari untuk duduk di depan meja kerja. Separuh dari populasi tenrsebut tidak pernah meninggalkan meja kerja, bahkan saat makan siang. Sementara itu, dua pertiga populasi menambah porsi duduk tegak saat berada di rumah. Postur tubuh yang baik menurut Barbara Dorsch akan dicapai jika telinga, bahu, dan pinggul berada dalam satu garis lurus ke bawah.
Duduk dalam posisi tegak 90 derajat, kerap menyebabkan timbulnya pergerakan sendi belakang sehingga posisi tubuh tidak seimbang. Maka itu, posisi duduk santai dengan postur miring 135 derajat adalah posisi terbaik. Dalam posisi ini, tulang belakang akan berada dalam posisi ideal, di mana tulang belakang bagian bawah akan berbentuk seperti huruf S.
Kelebihan dari posisi ini adalah:
Posisi duduk dengan sudut kemiringan 135 derajat akan memperbaiki sirkulasi darah di bagian bawah tubuh, sehingga dapat terhindar dari gangguan varises, selulit, dan penggumpalan darah di kaki serta mengurangi kelelahan di kaki.
Duduk dengan posisi kemiringan 135 derajat juga akan menghasilkan mobilitas yang lebih baik, mudah bergerak di atas kursi, dan lebih mudah untuk naik turun kursi.
2. Traksi dalam Praktik Klinik
Traksi adalah tahanan yang dipakai dengan berat atau alat lain untuk menangani kerusakan atau gangguan pada tulang dan otota. Tujuan dari traksi adalah untuk menangani fraktur, dislokasim atau spasme otot dalam usaha untuk memperbaiki deformitas dan mmpercepat penyembuhan. Ada dua tipe utama dari traksi : traksi skeletal dan traksi kulit, dimana didalamnya terdapat sejumlah penanganan.
Prinsip Traksi adalah menarik tahanan yang diaplikasikan pada bagian tubuh, tungkai, pelvis atau tulang belakang dan menarik tahanan yang diaplikasikan pada arah yang berlawanan yang disebut dengan countertraksi. Tahanan dalam traksi didasari pada hokum ketiga (Footner, 1992 and Dave, 1995). Traksi dapat dicapai melalui tangan sebagai traksi manual, penggunaan talim splint, dan berat sebagaimana pada traksi kulit serta melalui pin, wire, dan tongs yang dimasukkan kedalam tulang sebagai traksi skeletal (Taylor, 1987 and Osmond, 1999).
Traksi dapat dilakukan melalui kulit atau tulang. Kulit hanya mampu menanggung beban traksi sekitar 5 kg pada dewasa. Jika dibutuhkan lebih dari ini maka diperlukan traksi melalui tulang. Traksi tulang sebaiknya dihindari pada anak-anak karena growth plate dapat dengan mudah rusak akibat pin tulang.
Indikasi traksi kulit diantaranya adalah untuk anak-anak yang memerlukan reduksi tertutup, traksi sementara sebelum operasi, traksi yang memerlukan beban 5 kg. Akibat traksi kulit yang kelebihan beban di antaranya adalah nekrosis kulit, obstruksi vaskuler, oedem distal, serta peroneal nerve palsy pada traksi tungkai.Traksi tulang dilakukan pada dewasa yang memerlukan beban > 5 kg, terdapat kerusakan kulit, atau untuk penggunaan jangka waktu lama. Kontratraksi diperlukan untuk melawan gaya traksi, yaitu misalnya dengan memposisikan tungkai lebih tinggi pada traksi yang dilakukan di tungkai.


BAB III
P E N U T U P

A. Kesimpulan

Arti kata gaya dalam kehidupan sehari-hari agak berbeda dengan pengertian gaya dalam ilmu fisika. Gaya adalah besaran fisika berupa tarikan atau dorongan. Gaya termasuk besaran vector karena selain memiliki nilai juga memiliki arah. Pergerakan pada tubuh terjadi karena adanya gaya yang bekerja. Perbedaannya adalah kalau gaya dalam tubuh dapat kita ketahui sedangkan gaya dalam tubuh seringkali tanpa disadari.

B. Saran

Sebaiknya mahasiswa kesehatan maupun kebidanan mengetahui dan emmahami aplikasi gaya ini dalam dunia kesehatan karena gaya dapaty dimanfaatkan sebagai terapi penyembuhan dan cara kerjanya sehingga mampu menerapkannya dalam praktik.

by http://deetha-nezz.blogspot.com/2011/06/aplikasi-gaya-dalam-dunia-kesehatan.html

Arti Mimpi Basah

Mimpi bercinta dengan mantan kekasih, berhubungan
seksual dengan wanita yang tak tampak wajahnya, sampai
mimpi tak bisa ereksi, semua itu ada artinya. Yuk kita
intip apa arti di balik ‘mimpi basah’ tersebut.
Mimpi basah pastinya sudah tak asing lagi di kalangan
pria yang sudah lewat masa puber. Mimpi yang
menandakan kedewasaan itu nggak hanya dominasi remaja,
tapi juga masih banyak dialami pria dewasa single
lainnya.
Ternyata mimpi tersebut tak hanya sekedar berarti
melepaskan hasrat seksual. Di balik itu ada makna
psikologis lain yang wajib diperhatikan.
Mimpi adalah salah satu cara otak untuk mengeluarkan
ide, hasrat, atau ketakutan yang terlalu abstrak.
Tujuan dari mimpi adalah untuk menyalurkan fantasi,
ide, atau hasrat tadi secara mental sehingga anda
tidak terlalu ‘terbebani’ dengan hal-hal tadi.
Prinsipnya sama seperti mengosongkan tempat sampah.
Seperti dilansir askmen, Selasa (20/9/2005) ada
beberapa simbol-simbol mimpi basah yang menggambarkan
arti-arti tertentu.
1. Bercinta dengan wanita tanpa wajah
Banyak pria seringkali mimpi berhubungan seksual
dengan wanita yang wajahnya tak dapat diingat ataupun
dikenali. Tapi seringkali anda ingat akan sifat dan
berbagai kelebihan dirinya yang memikat.
Mimpi tersebut berarti di bawah alam sadar anda sangat
menginginkan seks yang tanpa konsekuensi. Anda ingin
melakukan hubungan seks dengan seorang wanita tanpa
harus memperhatikan emosi atau identitasnya.
Arti lain dari mimpi ini adalah untuk koreksi diri.
Pasangan yang tanpa muka itu secara tak disadari
adalah harapan anda terhadap diri sendiri. Cara yang
tepat untuk merespon mimpi tersebut adalah dengan
mengingat kelebihan pasangan anda di mimpi tadi dan
coba untuk menerapkan kelebihannya pada diri anda.
2. Mantan pacar datang lagi
Buat yang masih jomblo atau malah sudah punya pacar,
tak jarang mantan pacar kembali hadir di mimpi basah.
Jangan bingung dulu, ini bukan berarti anda sedang
merindukannya, tapi justru anda ingin menyingkirkan
dia dari kehidupan.
Mungkin saja saat itu sedang ada ‘pendatang baru’. Nah
hadirnya mimpi itu bisa saja menjadi simbol persiapan
anda menuju hubungan baru. Dengan memimpikan mantan,
pikiran anda sedang berusaha mengakhiri masa lalu dan
membuka lembaran baru. So, nggak usah berlarut-larut
memikirkannya.
3. Pasangan tiba-tiba menghilang
Upss, sedang asyik bercinta tiba-tiba pasangan
menghilang begitu saja. Anda pernah mengalami mimpi
basah demikian?
Buat yang pernah mimpi seperti ini sebaiknya
introspeksi diri. Di balik senyum ceria, apakah ada
perasaan tidak nyaman dan frustasi dengan kekasih.
Sebab, mimpi ini bisa berarti anda sedang mengalami
krisis percaya diri. Tentu saja dengan pasangan anda.
Jauh di dalam hati anda merasa ditinggalkan dan
frustasi dengan kekasih yang tak bisa diharapkan.
Daripada resah tak berakhir, sebaiknya bicara terbuka
dengan pasangan. Dengan begitu, perasaan frustasi yang
anda alami bisa berganti menjadi percaya diri.
4. Bercinta dengan rekan kerja
Tanpa diduga tadi malam anda bermimpi dengan rekan
kerja anda yang cantik. Hmmm, senang dan khawatir pun
bercampur. Takut salah tingkah di depannya.
Tak banyak bedanya apakah anda bermimpi dengan staff
kantor yang cantik atau dengan senior kerja yang sudah
berumur. Semuanya menandakan hal yang sama yaitu
hubungan anda dengan mereka.
Mimpi dengan rekan sekerja bisa jadi semacam simbol
yang menggambarkan hubungan anda dengan orang
tersebut. Bisa berarti anda menikmati ikatan
profesional yang anda jalin dengan rekan kerja anda
tadi. Mimpi itu juga bisa berarti anda sudah merasa
nyaman dengan orang tersebut.
5. Mimpi bercinta di depan umum
Pernah bermimpi melakukan hubungan seks di depan umum? Mimpi seperti ini memiliki beberapa arti.
Pertama bisa saja ketika itu anda sedang merasa resah atau khawatir akan aktivitas seksual anda. Misalnya, anda bermimpi semacam ini setelah anda berusaha mengajak pasangan melakukan hubungan seksual yang aneh. Mimpi tersebut adalah penyaluran rasa bersalah anda.
Mimpi ini juga bisa berarti anda sedang tidak menjadi diri sendiri. Pakaian adalah simbol kepribadian anda dan tak berpakaian di depan umum bisa jadi salah satu simbol anda takut pribadi asli anda terungkap.
6. Bermimpi dengan sesama jenis
Pastinya tak sedikit pria yang pernah mengalami mimpi serupa. Penjelasan paling umum adalah anda ingin berpindah jalur. Eits, tapi bukan secara orientasi seksual. Ketika sedang melakukan aktivitas seks, anda ingin pasangan bersikap lebih ‘laki-laki’ sementara anda memainkan peran sebagai ‘perempuan’.
Beberapa psikolog menyatakan, aktivitas seks sesama jenis dalam mimpi berarti anda menginginkan pasangan anda bersikap lebih laki-laki. Contohnya anda ingin si dia lebih logis, beralasan, dan dominan.
Tapi jangan khawatir, jika mimpi dengan sesama jenis membuat anda sedih atau kesal, berarti kemungkinan anda bukan seorang homoseksual.
7. Mimpi mengalami disfungsi ereksi
Gangguan ereksi walaupun dalam mimpi pasti membuat anda resah. Lagi-lagi, arti mimpi ini juga bisa bermacam-macam. Bisa saja ketika itu anda sedang merasa lemah dan tak bergairah dalam hidup. Jika ketika bermimpi ini anda sedang dalam proses mencari kerja atau tengah mengincar kenaikan jabatan, mungkin anda frustasi dengan keadaan tersebut. So, coba cari penyebab yang secara disadari atau tidak membuat anda stress dan merasa tak berdaya.
dikutip dari http://deetha-nezz.blogspot.com/2011/06/arti-mimpi-basah.html

INSEMINASI BUATAN (BAYI TABUNG)

Perkembangan teknologi kedokteran telah mengalami lompatan yang sangat menakjubkan, salah satunya adalah tekonologi rekayasa reproduksi atau Assisted Reproductive Technology (ART) atau yang dikenal dengan bayi tabung. Teknologi ini dapat dinikmati dengan harga sekitar 10- 20 juta rupiah per satu siklus, tergantung dari institusi yang melakukan. Angka keberhasilan bayi tabung di Indonesia sudah semakin meningkat, disamping karena faktor teknologi juga tergantung dari faktor umur sang ibu.

Inseminasi buatan ini sendiri dilakukan pada kasus-kasus infertilitas. Dimana seorang wanita mempunyai masalah reproduksi berupa hipofungsi ovarium, gangguan pada saluran reproduksi dan rendahnya kadar progesterone. Sedangkan pada pria berupa abnormalitas spermatozoa kriptorkhid, azoospermia dan rendahnya kadar testosteron. Selain untuk memperoleh keturunan, faktor kesehatan juga merupakan fokus utama penerapan teknologi reproduksi. Untuk alasan yang kedua ini, masih belum banyak dikenal di Indonesia, tetapi tidak tertutup kemungkinan di masa mendatang.

Inseminasi buatan ini dapat dilakukan dengan 2 cara:
1. Teknik IUI (Intrauterine Insemination), dilakukan dengan cara sperma diinjeksikan melalui leher rahim hingga ke lubang uterine (rahim).
2. Teknik DIPI (Direct Intraperitoneal Insemination), dilakukan sejak awal tahun 1986. Teknik DIPI dilakukan dengan cara sperma diinjeksikan langsung ke peritoneal (rongga peritoneum). Jumlah sperma yang disalurkan/diinjeksikan kurang lebih sebanyak 0,5–2 ml. Setelah inseminasi selesai dilakukan, orang yang mendapatkan perlakuan inseminasi tersebut harus dalam posisi terlentang selama 10–15 menit.

Resiko injeksi sperma ini adalah terjadinya kerusakan genetika. Secara alamiah, sperma yang sudah dilengkapi enzim bernama akrosom berfungsi sebagai pengebor lapisan pelindung sel telur. Dalam proses pembuahan secara alamiah, hanya kepala dan ekor sperma yang masuk ke dalam inti sel telur. Sementara dalam proses inseminasi buatan, enzim akrosom yang ada di bagian kepala sperma juga ikut masuk ke dalam sel telur. Selama enzim akrosom belum terurai, maka pembuahan akan terhambat. Selain itu prosedur injeksi sperma ini juga memiliki resiko melukai bagian dalam sel telur, yang berfungsi pada pembelahan sel dan pembagian kromosom. Sehingga bayi dari hasil inseminasi buatan memiliki resiko cacat bawaan lebih besar dibandingkan pada bayi normal.

Selain hal di atas, saat ini telah dikenal istilah Surrogate Mother atau ibu susu. Program Surrogate Mother (SM) ini dilakukan untuk:
1. Inseminasi buatan (Artificial Insemination /AI). Sperma berasal dari suami dan ovum berasal dari si SM, secara hukum istri harus mengadopsi anak tersebut.
2. Fertilisasi in-vitro/ transfer embrio (in-vitro fertilization/ IF atau Embryo Transfer/ET). Embrio yang merupakan hasil kombinasi sel telur dari istri dan sperma dari suami yang diimplantasikan pada rahim SM. Anak yang dilahirkan tidak memiliki hubungan darah dengan si SM. Nama pasangan suami istri tersebut dapat ditulis pada akte kelahiran si anak.
3. Fertilisasi in-vitro/ donor sel telur (In-vitro fertilization/ INV with Egg Donor / EG). Sel telur berasal dari pendonor atau penderma dan sperma berasal dari sang suami. Kemudian embrio ditanam di rahim si SM. Secara genetic anak tersebut tidak berhubungan darah dengan si SM. Secara hukum hanya nama sang ayah (suami) saja yang dicantumkan pada akte kelahiran anak. Si istri mengadopsi anak tersebut.
4. Inseminasi buatan dengan donor ( Artificial Insemination by Donor / AID). Sel telur berasal dari SM dan sperma berasal dari penderma. Embrio kemudian diinjeksikan ke dalam rahim si SM. Program ini dilakukan karena pasangan suami istri mandul. Secara genetik si anak berhubungan darah dengan si SM. Suami dan istri keduanya dapat mengadopsi anak tersebut.
5. Donor Sel Telur (Egg Donor). Si SM mendonorkan sel telurnya dan dibuahi oleh sel sperma dari sang suami. Embrio tersebut ditanamkan pada rahim si istri. Si anak berhubungan darah dengan si SM, namun karena istri yang mengandung dalam rahimnya. Maka si istri tidak perlu mengadopsi anak tersebut.
6. Embrio Somatik. Embrio berasal dari perkembangan teknologi seperti kloning.

Di Amerika Serikat sendiri saat ini sudah terdapat peraturan yang mengatur dan mengijinkan hal ini. Bahkan dipandang dari sisi etis, hal ini sudah dianggap sesuatu yang etis karena untuk dapat menjadi seorang SM harus memenuhi kriteria baik fisik maupun psikologis yang ditetapkan oleh Surrogate Mother Inc.

Di Indonesia sendiri bila dipandang dari segi etika, pembuatan bayi tabung tidak melanggar, tapi dengan syarat sperma dan ovum berasal dari pasangan yang sah. Jangan sampai sperma berasal dari bank sperma, atau ovum dari pendonor. Sementara untuk kasus, sperma dan ovum berasal dari suami-istri tapi ditanamkan dalam rahim wanita lain alias pinjam rahim, masih banyak yang mempertentangkan. Bagi yang setuju mengatakan bahwa si wanita itu bisa dianalogikan sebagai ibu susu karena si bayi di beri makan oleh pemilik rahim. Tapi sebagian yang menentang mengatakan bahwa hal tersebut termasuk zina karena telah menanamkan gamet dalam rahim yang bukan muhrimnya. Tetapi sebenarnya UU RI No.23 Thn.1992 tentang kesehatan pasal 16 ayat (1) dan (2) a, b ditegaskan bahwa Kehamilan diluar cara alami dapat dilaksanakan sebagai upaya terakhir untuk membantu suami istri mendapat keturunan, tetapi upaya kehamilan tersebut hanya dapat dilakukan oleh pasangan suami istri yang sah yaitu: hasil pembuahan sperma dan ovum harus berasal dari pasangan suami istri tersebut, untuk kemudian ditanamkan dalam rahim si istri. Jadi untuk saat ini wacana Surrogate Mother di Indonesia tidak begitu saja dapat dibenarkan.

Untuk pemilihan jenis kelaminpun sebenarnya secara teknis dapat dilakukan pada inseminasi buatan ini. Dengan melakukan pemisahan kromosom X dan Y, baru kemudian dilakukan pembuahan in vitro sesuai dengan jenis kelamin yang diinginkan.

Banyak masalah norma dan etik dalam teknologi ini yang jadi perdebatan banyak pihak, tetapi untuk pandangan profesi kedokteran mungkin dapat mengarah kesimpulan dari ‘Perspektif Etika dalam Perkembangan Teknologi Kedokteran’ yang disampaikan oleh dr. Mochamad Anwar, SpOG dalam Seminar Nasional Continuing Medical Education yang diselenggarakan di Auditorium FK UGM tanggal 10 Januari 2009, dimana aspek etika haruslah menjadi pegangan bagi setiap dokter, ahli biologi kedokteran serta para peneliti di bidang rekayasa genetika, yang didasarkan pada Deklarasi Helsinki antara lain:
1. Riset biomedik pada manusia harus memenuhi prinsip-prinsip ilmiah dan didasarkan pada pengetahuan yang adekuat dari literatur ilmiah
2. Desain dan pelaksanaan experimen pada manusia harus dituangkan dalam suatu protokol untuk kemudian diajukan pada komisi independen yang ditugaskan untuk mempertimbangkan, memberi komentar dan kalau perlu bimbingan.
3. Penelitian biomedik pada manusia hanya boleh dikerjakan oleh orang-orang dengan kualifikasi keilmuan yang cukup dan diawasi oleh tenaga medis yang kompeten
4. Dalam protokol riset selalu harus dicantumkan pernyataan tentang norma etika yang dilaksanakan dan telah sesuai dengan prinsip-prinsip deklarasi Helsinki.

Walaupun demikian penulis merasa selain etika penelitian yang ada dalam Deklarasi Helsinki ini, masih diperlukan campur tangan pemerintah untuk membuat suatu aturan resmi mengenai pelaksanaan dan penerapan bioteknologi, sehingga ada pengawasan yang lebih intensif terhadap bahaya potensial yang mungkin timbul akibat kemajuan bioteknologi ini.

by http://deetha-nezz.blogspot.com/2011/06/inseminasi-buatan-bayi-tabung.html

KELAMIN GANDA, penyakit atau penyimpangan gender?

Prof. Dr. Sultana MH Faradz, PhD

Apakah istilah kelamin ganda benar?
Istilah kelamin ganda sering rancu dikalangan masyarakat medis maupun umum. Masyarakat umum sering berependapat sama dengan banci atau sama dengan laki-laki yang seperti perempuan. Dalam dunia medis kelamin ganda sebenarnya disebut dengan ambiguous genitalia yang artinya alat kelamin meragukan, namun belakangan ini para ahli endokrin menggunakan istilah Disorders of Sexual Development (DSD).
Pada DSD tidak membahas transexual atau transgender yaitu individu dengan gangguan psikologis laki-laki yang seperti wanita atau wanita seperti laki-laki dengan tanpa disertai kelainan fisik/ alat kelamin (genital). Transeksual inilah yang dimasyarakat sering dianggap banci atau homoseks. Pembahasan pada kelamin ganda adalah penderita interseksual yaitu suatu kelainan di mana penderita memiliki ciri-ciri genetik, anatomik dan atau fisiologik meragukan antara pria dan wanita. Gejala klinik interseksual sangat bervariasi, mulai dari tampilan sebagai wanita normal sampai pria normal, kasus yang terbanyak berupa alat kelamin luar yang meragukan. Kelompok penderita ini adalah benar-benar sakit secara fisik (genitalnya) yang berpengaruh ke kondisi psikologisnya. Penderita interseks sering disertai dengan hipospadia, yaitu kelainan yang terjadi pada saluran kencing bagian bawah didaerah penis. Saluran kencing pada hipospadia terlalu pendek sehingga muaranya tidak mencapai ujung penis melainkan bocor dibagian tengah batang penis atau diantara kedua kantong buah zakar (scrotum). Pada keadaan berat, lubang lebar terletak di daerah perineal menyebabkan skrotum terbelah dan memberikan gambaran seperti lubang vagina terutama pada bayi baru lahir. Apabila kelainan ini disertai tidak turunnya testis ke dalam skrotum, maka dapat menimbulkan kesulitan dalam menentukan jenis kelamin bayi

Jumlah penderita dengan alat kelamin bermasalah di Semarang makin meningkat, belakangan ini jumlah penderita yang datang rata-rata 2 orang perminggu. Sejak tahun 1991 jumlah penderita yang terdaftar pada laboratorium Sitogenetika Pusat Riset Biomedik FK Undip Semarang untuk pemeriksaan kromosom (sebagai penentu jenis kelamin) > 400 orang.
Fenomena ini belum tentu disebabkan oleh meningkatnya prevalensi kasus ambiguitas seksual di Semarang. Mungkin salah satu penyebabnya adalah keberhasilan operasi kelamin ganda di RS Dr. Kariadi/ Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro sehingga menggugah pasien atau keluarga dengan masalah ambiguitas seksual untuk memeriksakan diri. Keadaan ini menunjukkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat meningkat untuk memanfaatkan fasilitas medis yang ada. Namun masih memprihatinkan karena sebagian kasus ambiguitas seksual itu terlambat untuk memeriksakan diri, yaitu saat anak itu sudah berusia di atas 2 tahun bahkan sudah beranjak dewasa dengan pengasuhan gender yang tidak sesuai..
Tim Penyesuaian Kelamin
Dengan Keputusan Men Kes RI No. 191/MENKES/SK/III/1989 tentang penunjukan
rumah sakit dan tim ahli sebagai tempat dan pelaksanaan operasi penyesuaian
kelamin maka pada tanggal 12 juni 1989 dibentuk Tim Pelaksana Operasi Penggantian Kelamin yang terdiri dari ahli bedah urologi, bedah plastik, ahli penyakit kandungan dan ginekologi, anestesiologi, ahli endokrinologi anak dan dewasa (internist), ahli genetika, andrologi, psikiater/psikolog; ahli patologi, ahli hukum, pemuka agama dan petugas sosial medik. Sejak tahun 2003 ada perubahan kebijakan dan nama tim yaitu dengan nama baru Tim Penyesuaian Kelamin yang hanya melakukan operasi penyesuaian kelamin untuk penderita interseksual (tidak pada penderita transeksual) yang membutuhkan penentuan jenis kelamin, perbaikan alat genital dan pengobatan. Semua kasus yang datang akan didata, diperiksa laboratorium rutin, analisis kromosom dan DNA, pemeriksaan hormonal dan test-test lain yang dianggap perlu seperti USG , foto ronsen dll. Kegiatan tim ini adalah melaksanakan pertemuan rutin secara multidisipliner antara seluruh anggota tim dengan penderita (yang telah selesai dengan pemeriksaan penunjang untuk penegakkan diagnosis) untuk mendiskusikan penatalaksanaan, tindakan dan pengobatan yang akan dilakukan termasuk pemberian konseling.
Kromosom Seks (penentu jenis kelamin)
Bagian terkecil tubuh adalah sel, di dalam sel terdapat inti sel yang mengandung kromosom berjumlah 46. Laki-laki dan wanita normal mempunyai jumlah kromosom yang sama, hanya penulisan simbolnya tidak sama yaitu 46, XY untuk laki-laki dan 46, XX untuk wanita. Simbol ini artinya laki-laki dan perempuan mempunyai jumlah kromosom 46 dengan 44 kromosom bukan penanda kelamin (autosom) dan 2 kromosom seks (penanda kelamin) yaitu satu kromosom X dan Y pada laki-laki dan sepasang kromosom X pada wanita. Di dalam kromosom terdapat DNA yang merupakan bahan keturunan, yang akan memberikan informasi genetik dalam bentuk kumpulan molekul DNA yang disebut gen. Didalam kromosom seks terdapat gen-gen berfungsi memproduksi protein ensim/ hormon yang sesuai dengan jenis kelaminnya. Bila gen-gen ini mengalami perubahan (mutasi) maka produksi protein akan mengalami penyimpangan. Mutasi gen dapat diidentifikasi dengan pemeriksaan DNA.
Pada keadaan normal, kromosom seks ditentukan oleh persatuan kromosom X dan Y dari spermatosoa dan kromosom X dari ovum pada saat konsepsi, sehingga menghasilkan 46,XY (pria) atau 46,XX (wanita). Materi genetik yang terdapat pada kromosom Y berperan penting dalam proses diferensiasi janin menjadi fenotip laki-laki. Sex-determining region of the human Y chromosome (SRY) terdapat pada lengan pendek kromosom Y, merupakan gen yang mengkode produk sangat esensial dalam perkembangan testis. Pada ketiadaan gen SRY, ovarium akan mengalami perkembangan dilanjutkan dengan terbentuknya rahim dan saluran indung telor.
Aspek Genetik Ambiguitas Seksual
Banyak pendapat yang menyatakan tentang penyakit-penyakit yang dikelompokkan sebagai interseksual. Pengelompokan yang biasa dipakai adalah membagi interseksual menjadi male pseudohermaphroditism (hermaprodit semu laki-laki= maskulinisasi yang tidak sempurna pada individu dengan genetik pria), female pseudohermaphroditism (hermaprodit semu perempuan= maskulinisasi pada individu dengan genetik wanita.) dan true hermaphrodite (hermaprodit yang sebenarnya). Interseksual juga termasuk pada kasus dengan pertumbuhan gonad yang salah (Disgenesis Gonad) yang dapat diperiksa berdasarkan hasil analisis kromosom (kariotip) dan gambaran mikroskopis jaringan gonad (testis), gangguan pertumbuhan ini dapat berupa disgenesis gonad sebagian (partial) atau keseluruhan (complete). Umumnya invidu yang menderita disgenesis gonad sebagian, memiliki derajat ambiguitas genital yang bervariasi, tergantung pada jumlah jaringan testis fungsional yang ada. Kadang-kadang kita temui anak-anak yang mengalami disgenesis gonad dengan kromosom XY (laki-laki) namun memiliki struktur alat genital perempuan walaupun kurang berkembang. Pada disgenesis gonad mempunyai risiko tinggi untuk berubah menjadi ganas, sehingga sering menimbulkan dilema dalam pengobatan apakah akan mempertahankan gonad atau pengambilan gonad.

Hermaprodit semu laki-laki (Male Pseudohermaphroditism )
Adalah individu yang memiliki kromosom Y (kromosom laki-laki) namun organ genitalia luarnya gagal bertumbuh menjadi alat genital pria normal. Definisi ini masih terlalu luas dan didalam praktek klinik masih dikelompokkan menjadi beberapa kelainan.
Ada beberapa jenis cacat hormon laki-laki yang menimbulkan gejala hermaprodit semu laki-laki antara lain: yang paling sering adalah Sindrom Resistensi Androgen atau Androgen Insensitivity Syndrome (AIS) atau Testicular Feminization Syndrome
Penyakit ini merupakan penampilan hermaprodit semu laki-laki yang paling sering dijumpai di klinik. AIS merupakan kelompok kelainan yang sangat heterogen yang disebabkan tidak atau kurang tanggapnya reseptor androgen atau sel target terhadap rangsangan hormon testosteron. AIS diturunkan melalui jalur perempuan (ibu), perempuan adalah pembawa sifat yang menurunkan, penderita hanya pada laki-laki. Kejadian AIS dalam satu keluarga adalah hal yang sering dijumpai tetapi ternyata 1/3 kasus AIS tidak mempunyai riwayat keluarga yang positif. AIS dapat terjadi dalam bentuk complete Androgen Insensitivity Syndrome (CAIS) atau incomplete/partial Androgen Insensitivity Syndrome (PAIS).
Penderita PAIS adalah laki-laki dengan kelainan alat kelamin luar yang sangat bervariasi, kadang-kadang bahkan terdapat pada beberapa pria normal yang tidak subur. Penderita PAIS mempunyai penis yang kecil yang tampak seperti pembesaran clítoris, disertai dengan hipospadia berat (jalan kencing bocor ditengah tidak melewati penis) yang membelah skrotum sehingga tampak seperti lubang vagina. Skrotum kadang tidak menggantung dengan testis umumnya berukuran normal dan terletak pada abdomen, selakangan atau sudah turun kedalam skrotum. Pada usia dewasa sering tumbuh payudara dan keluarnya jakun, walaupun tidak disertai perubahan suara
Pada CAIS, penderita dengan penampilan seperti perempuan normal, dengan alat kelamin luar seperti wanita, mempunyai vagina yang lebih pendek dari normal,dan payudara akan tumbuh mulai masa prepubetas dengan hasil pemeriksaan kromosom menunjukkan 46,XY (sesuai kromosom pada laki-laki) dan kadar hormon testosteron normal atau sedikit meningkat. Pada pemeriksaan fisik dan USG akan teraba atau tampak 2 testis yang umumnya tidak berkembang dan terletak dalam rongga perut atau selakangan, tanpa struktur alat genital dalam wanita. Individu dengan CAIS sering menunjukkan gejala seperti hernia inguinalis (hernia pada selakangan), oleh karena itu pada anak perempuan prapubertas yang mengalami hernia inguinalis (benjolan pada selakangan) dan gejala tidak menstruasi sejak lahir, perlu pemeriksaan kromosom.
Female Pseudohermaphroditism
Merupakan istilah yang ditujukan bagi individu yang memiliki indung telur dan kromosom 46,XX (kromosomperempuan) dengan penampakan alat kelamin bagian luar yang ambigus. Sebab-sebab paling umum dari kelainan ini adalah Congenital adrenal hyperplasia (CAH) yang menyebabkan kekurangan/ ketidak hadiran ensim 21α-hidroksilase , 11β-hidroksilase dan 3β-hidroksilase dehidrogenase.
Congenital adrenal hyperplasia (CAH) merupakan penyebab terbesar kasus interseksual dan kelainan ini diturunkan lewat ayah dan ibu yang sebagai pembawa separo sifat menurun dan penderitanya bisa laki-laki dan perempuan yang mendapatkan kedua paroan gen abnormal tersebut dari kedua orang tuanya.
Penyakit ini digolongkan menjadi tipe yang klasik dan non klasik. Tipe yang klasik ini bisa menunjukkan gejala kehilangan garam tubuh (natrium) sampai terjadi syok, sehingga sering meninggal pada bulan pertama setelah lahir, sebelum diagnosis bisa ditegakkan. Sedang yang tidak menununjukan gejala kekurangan garam bisa bertahan hidup yaitu pada wanita disertai gejala maskulinisasi dan pada laki-laki dengan gejala pubertas dini tanpa disertai gejala keraguan alat kelamin sehingga laki-laki sering tidak datang berobat. Pada pengalaman diklinik kenyataanya hampir tidak pernah tertangkap penderita laki-laki. Penderita perempuan menunjukkan gejala pembesaran kelentit (klitoris) yang mirip penis sejak lahir atau pada yang lebih ringan akan muncul setelah lahir. Anak-anak penderita CAH akan tumbuh cepat tapi kemudian pertumbuhan akan berhenti lebih awal, sehingga pada keadaan dewasa mereka akan lebih pendek dari ukuran tinggi badan normal. Pada tipe yang non klasik gejala muncul setelah 5-6 tahun dengan maskulinisasi yang lebih ringan, pembesaran klitoris akan muncul belakangan.
Maskulinisasi pada penderita CAH dengan genetik wanita hanya mungkin terjadi akibat adanya hormon androgen ekstragonad (dari luar gonad) yang dapat berasal dari endogen mau pun eksogen, karena pada penderita ini tidak ditemukan testis yang merupakan penghasil utama hormon androgen. Manifestasi klinik dari hormon androgen yang berlebihan ini terbatas pada alat genital bagian luar dan derajat berat-ringannya kelainan tergantung pada tahap pertumbuhan seksual saat terjadinya paparan hormon androgen tersebut. Pada penderita kelainan ini tidak akan ditemukan organ laki-laki bagian dalam. Pada keadaan ringan sering munculnya pembesaran kelentit (menjadi seperti penis) pada wanita setelah lahir, sehingga masyarakat menganggap alat kelaminnya berubah dari wanita menjadi laki-laki. Penyakit ini bisa diobati, untuk menghindari gejala yang lebih berat pengobatan harus dilakukan sedini mungkin dan seumur hidup. Penapisan pada bayi baru lahir seharusnya dilakukan di Indonesia karena prevalensi penyakit ini cukup tinggi.
Paparan hormon androgen eksogen bisa disebabkan bahan hormonal yang bersifat androgenik yang dikonsumsi ibu saat mengandung janin wanita, misalnya preparat hormonal yang mengandung progestogen, testosteron atau danazol. Berat ringannya kelainan alat genital janin tergantung dari usia kehamilan, potensi, dosis serta lama pemakaian obat. Paparan hormon androgen dan progestogen saat usia kehamilan 6-10 minggu dapat berakibat perlekatan pada bagian belakang vagina, skrotalisasi labia dan pembesaran klitoris. Kelainan organ genitalia yang disebabkan oleh paparan hormon androgen eksogen mempunyai ciri khas yaitu proses maskulinisasi tidak berjalan progresif dan tidak didapatkan kelainan biokimiawi.
True Hermaphroditism
Merupakan kelainan yang jarang dijumpai. Diagnosis True Hermaphroditism ditegakkan apabila pada pemeriksaan jaringan secara mikroskopis ditemukan gonad yang terdiri dari jaringan ovarium (perempuan) dan testis (laki-laki). Kedua jaringan gonad tersebut masing-masing dapat terpisah tetapi lebih sering ditemukan bersatu membentuk jaringan ovotestis. Pada analisis kromosom 70% dari kasus yang dilaporkan dijumpai 46,XX, sisanya dengan 46,XY, campuran kromosom laki dan perempuan dengan kombinasi 46,XX/46,XY, 45,X/46,XY, 46,XX/47,XXY atau 46,XY/47,XXY.
Manifestasi klinik dan profil hormonal tergantung pada jumlah jaringan gonad yang berfungsi. Jaringan ovarium sering kali berfungsi normal namun sebagian besar infertil. Sekitar 2/3 dari total kasus true hermaphrodite dibesarkan sebagai laki-laki. Meski pun demikian alat genital luar pada penderita kelainan ini biasanya ambigus atau predominan wanita dan disertai pertumbuhan payudara saat pubertas. Jaringan Gonad dapat ditemukan pada rongga perut, selakang atau lebih kebawah pada daerah bibir kemaluan atau skrotum. Jaringan testis atau ovotestis lebih sering tampak di sebelah kanan. Spermatozoa biasanya tidak ditemukan. Sebaliknya oosit normal biasanya ada, bahkan pada ovotestis. Jika pasien memilih jenis kelamin pria, rekontruksi genital dan pemotongan gonad selektif menjadi indikasi. Jika jenis kelamin wanita yang dipilih, tindakan bedah yang dilakukan akan menjadi lebih sederhana..
Kesadaran tenaga medis dan pengaruh budaya di Indonesia
Kelamin ganda (interseksual) merupakan suatu penyakit yang mempengaruhi kondisi fisik dan psikologis yang masih kurang diperhatikan baik oleh tenaga medis maupun masyarakat. Dalam menghadapi kasus-kasus demikian, peran tenaga medis yang menolong persalinan sangat penting untuk dapat melakukan penatalaksanaan yang benar terhadap penderita interseks, karena dampak sosiopsikologis yang dialami baik oleh penderita mau pun keluarganya relatif lebih berat dibandingkan dengan cacat anggota tubuhnya.
Di negara-negara yang sudah berkembang, jika terjadi kasus ketidakjelasan jenis kelamin maka bayi yang baru lahir tidak akan diizinkan pulang sebelum ada diagnosis dan penentuan jenis kelamin yang tepat yang biasanya pada langkah awal ditentukan dengan pemeriksaan kromosom. Pemeriksaan kromosom untuk menentukan jenis kelamin, apakah penderita mempunyai kromosom XY (laki-laki) atau XX (perempuan).
Di Indonesia tidak demikian halnya, bayi bisa segera pulang bersama ibunya dengan tanpa diagnosis yang pasti dan dengan jenis kelamin pada surat kelahiran yang ditentukan dengan perkiraan dan kompromi antara dokter dan orang tua bayi. Keputusan orang tua hanya sepihak karena anak belum bisa diajak bicara dan biasanya jenis kelamin perempuan lebih menjadi pilihan. Penentuan jenis kelamin ini merupakan bentuk ke egoisan orang tua karena hanya untuk kepentingan dirinya dalam menghadapi masyarakat kalau ditanya apa jenis kelamin puteranya tanpa mempertimbangkan akibat dimasa akan datang. Orang tua mudah menerima keputusan ini karena pihak rumah sakit/ penolong persalinan tidak memberikan informasi mengenai diagnosis yang jelas dan tindakan medis yang seharusnya segera diambil. Masalah akan muncul di kemudian hari karena ketika alat genital anak tersebut mengalami perkembangan testis mulai turun masuk kedalam skrotum dan terlihat seperti ada penis dan vagina hingga timbul keadaan yang di masyarakat disebut dengan kelamin ganda, keraguan akan jenis kelamin akan muncul baik dari pihak orang tua maupun dari sanubari anak ketika menjadi dewasa. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium jenis kelamin anak bisa ditentukan dan mungkin akan berbeda dengan jenis kelamin pilihan orang tuanya.
Hambatan dan penanggulangan
Penyebab penyakit interseks sangat kompleks, terbanyak oleh karena kelainan genetik, namun pengaruh lingkungan terutama penggunaan obat-obat hormonal pada masa kehamilan merupakan salah satu yang diduga. Paparan pada masa kehamilan yang mengakibatkan ambiguitas seksual pada bayi perempuan dengan kromosom 46,XX semestinya dipertimbangan dengan hati-hati pada ibu hamil, pemakaian obat hormonal yang tidak terlalu perlu seharusnya dihindari.
Hambatan pada penanganan penyakit ini adalah sarana penunjang diagnosis yang masih minimal dan mahal, pengetahuan dan kesadaran yang kurang dari masyarakat dan tenaga medis baik dokter, penolong persalinan maupun perawat kesehatan.
Pencegahan dapat dilakukan dengan konseling genetika untuk penyakit yang menurun, penggunaan obat dan lingkungan yang aman pada awal kehamilan. Penanganan seharusnya dilakukan sedini mungkin saat bayi baru lahir dengan secara multidisiplin. Bayi baru lahir dengan kelainan alat kelamin harus ditentukan jenis kelaminnya agar tidak terjadi salah pengasuhan dan gangguan psikologis dikemudian hari. Surat keterangan kelahiran semestinya dibuat setelah jenis kelamin dapat ditentukan. Tindakan operasi harus dilakukan dengan pertimbangan yang sangat hati-hati atau bahkan penundaan sampai anak mencapai usia dewasa. Penentuan jenis kelamin dan tindakan operasi koreksi tidak hanya ditentukan secara sepihak oleh orang tua saja. Untuk menghindari masalah medikolegal maka perlunya penyusunan standard baku nasional untuk penanganan kelamin ganda yang diatur oleh Departemen Kesehatan.

by http://deetha-nezz.blogspot.com/2011/06/kelamin-ganda-penyakit-atau.html

AMNIOTOMI & EPISIOTOMI

AMNIOTOMI/pemecahan selaput ketuban

• Selama membran amnion masih utuh, bayi akan terlindung dari infeksi
• Cairan amnion berfungsi sebagai perisai untuk melindungi bayi dari tekanan kontraksi uterus
• Kantung ketuban akan pecah secara spontan
Istilah untuk menjelaskan penemuan cairan ketuban/selaput ketuban
• Utuh (U), membran masih utuh, memberikan sedikit perlindungan kepada bayi uterus, tetapi tidak memberikan informasi tentang kondisi
• Jernih (J), membran pecah dan tidak ada anoksia
• Mekonium (M), cairan ketuban bercampur mekonium, menunjukkan adanya anoksia/anoksia kronis pada bayi
• Darah (D), cairan ketuban bercampur dengan darah, bisa menunjukkan pecahnya pembuluh darah plasenta, trauma pada serviks atau trauma bayi
• Kering (K), kantung ketuban bisa menunjukkan bahwa selaput ketuban sudah lama pecah atau postmaturitas janin
Alasan untuk menghindari pemecahan ketuban dini
• Kemungkinan kompresi tali pusat
• Molase yang meningkat serta kemungkinan kompresi kepala yang tidak merata
• Tekanan yang meningkat pada janin mengakibatkan oksigenasi janin yang berkurang
Indikasi amniotomi
• Jika ketuban belum pecah dan serviks telah membuka sepenuhnya
• Akselerasi persalinan
• Persalinan pervaginam menggunakan instrumen
Mekanisme amniotomi
• Saat melakukan pemeriksaan dalam, sentuh ketuban yang menonjol, pastikan kepala telah engaged dan tidak teraba adanya tali pusat atau bagian-bagian kecil janin lainnya.
• Pegang ½ klem kocher/kelly memakai tangan kiri dan memasukan kedalam vagina dengan perlindungan 2 jari tangan kanan yang mengenakan sarung tangan hingga menyentuh elaput ketuban
• Saat kekuatan his sedang berkurang, dengan bantuan jari-jari tangan kanan, goreskan klem ½ kocher untuk menyobek 1-2 cm hingga pecah
• Tarik keluar klem ½ kocher/kelly dengan tangan kiri dan rendam dalam larutan klorin 0,5%. Tetap pertahankan jari-jari tangan kanan didalam vagina untuk merasakan turunnya kepala janin dan memastikan tetap tidak teraba adanya tali pusat. Keluarkan jari tangan kanan dari vagina, setelah yakin bahwa kepala turun dan tidak teraba tali pusat. Cuci dan lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik didalam larutan klorin 0,5%
• Periksa kembali denyut jantung janin

EPISIOTOMI


• Tidak dilakukan secara rutin
• Bila tidak tepat waktu dan prosedurnya salah, terjadi peningkatan jumlah perdarahan, laserasi derajat 3 atau 4 dan kejadian hematoma
• Menyebabkan nyeri pasca persalinan
• Meningkatkan resiko infeksi
Persiapan
• Pertimbangkan indikasi episiotomi dan pastikan bahwa episiotomi penting untuk kesehatan dan kenyamanan ibu/bayi
• Pastikan perlengkapan dan bahan-bahan yang diperlukan sudah tersedia dan steril
• Gunakan teknik aseptik setiap saat, cuci tangan dan gunakan sarung tangan steril
• Jelaskan kepada ibu alasan dilakukannya episiotomi dan diskusikan prosedurnya dengan ibu, berikan dukungan dan dorongan pada ibu
Indikasi
• Terjadi gawat janin dan persalinan mungkin harus diselesaikan dengan bantuan alat (ekstraksi cunam atau vakum)
• Adanya penyulit (distosia bahu, persalinan sungsang)
• Adanya perut yang menghambat proses pengeluaran bayi
Jenis episiotomi
Medialis
Otot yang terpotong
• M. Transversa perinei
• M. Bulbocavernosi
• M. Bulbococcygeal
• M. Iliococcygei
Manfaat
• Secara anatomis lebih alamiah
• Menghindari pembuluh-pembuluh darah dan syaraf, jadi penyembuhan tidak terlalu sakit
• Lebih mudah dijahit karena anatomis jaringan lebih mudah
• Nyeri saat berhubungan (dispareunia) jarang terjadi
• Kehilangan darah lebih sedikit
• Jarang terjadi kesalahan penyembuhan
Bahaya
• Jika meluas bisa memanjang sampai ke spincter ani yang mengakibatkan kehilangan darah lebih banyak, lebih sulit dijahit dan jika sampai spincter ani harus dirujuk
Mediolateralis
Pemotongan dimuali dari garis tengah fossa vestibula vagina ke posterior ditengah antara spina ischiadica dan anus. Dilakukan pada ibu yang memiliki perineum pendek, pernah ruptur grade 3.
Manfaat
• Perluasan laserasi akan lebih kecil kemungkinannya menjani spincter ani
Bahaya
• Penyembuhan terasa lebih sakit dan lama
• Mungkin kehilangan darah lebih banyak
• Jika dibandingkan dengan medialis (yang tidak sampai spincter ani) lebih sulit dijahit
• Bekas luka parut kurang baik
• Pelebaran introitus vagina
• Kadangkala diikuti dispareunia (nyeri saat berhubungan)

by http://deetha-nezz.blogspot.com/2012/02/amniotomi-episiotomi.html